Obsessive CHERIE DisordeR (OCD)
Satu ... dua ... tiga ... empat ....
Entah kenapa perempuan disebelah ku selalu menghitung entah
apa yang dia hitung aku tak mengerti mungkin dia bukan orang asing dia adalah
teman kost sebelah ku tapi aku tak pernah melihat dia bersama orang lain dia
pasti sendirian
“hy ... kamu nadine kan yang kost di kamar 105 ?”
“oh iya benar kamu siapa yah?”
“aku teman sebelah kost kamu aku dimas aku juga satu kelas
kok sama kamu, kamu gak tau aku ...”
“maaf tapi aku benar benar tidak tahu”
Itu adalah awal pembicaraan kami dimana kami mulai saling
mengenal dan aku tahu dia orang yang terlalu dingin untuk didekati dia tidak
pernah senyum sekalipun untuk membalas senyumanku bahkan di sekolah dia malah
menyuruhku untuk pergi sampai saatnya aku tahu dia kenapa
“iya halo pah ” .... “aku nggak mau pulang”... “aku udah gak
peduli sama mamah ataupun papah terserah kalian mau cerai atau pun nggak itu
bukan lagi urusan aku ”.... “aku nggak punya hak buat nggak ngangkat telpon
dari papahkan itu kata papah” ... “terserah.... ”
Tiba tiba nadine mulai menangis tangannya mengepal rasanya
dia sedang kesal dia berusaha menutup mulutnya agar suara tangisannya tidak
terdengar oleh ku yang ada di sampingnya aku langsung berada didepannya
“kamu nangis ? ceritain aja semuanya jangan kamu pendam
sendiri ...”
“aku nggak punya tempat untuk cerita ” sambil terisak
“mulai sekarang ada aku, ceritain semua sama aku, aku selalu
ada di samping kamu tanpa kamu sadar atau tidak ... ”
Dan setalah bercerita semua aku tahu kalau dia menderita OCD
semacam penyakit kecemasan yang bisa membuat dirinya tidak sadar dengan apa
yang sedang iya kerjakan bahkan berhitung tiap saat pun bukan titik
kesadarannya yang tahu bahkan air matapun tak bisa iya kontrol dan dia suka
membersihkan semua dia takut kotor selalu mencuci tangan menjaga kebersihannya,
melakukan semuanya berulang ulang terasa belum iya kerjakan itu adalah efek dari
penyakitnya dia juga selalu mengecek semuanya berkali kali aku hampir
mengetahuinya semua dan akan aku jaga nadine
“Kunci aku mana yah? ”
“ini biar aku yang bawa mobil kamu kamu lagi gini ”
“hape aku ?”
“ada di tas kok coba cek ....”
“iya ada .... kuncinya mana ?”
“aku yang nyupirkan ini kuncinya di aku ”
Dan dia terus mengecek tasnya berkali kali sebelum kita
pergi meninggalkan tempat ini
..............................................................................................
“kalian berhenti ngebuli nadine ..... ” aku langsung menarik
tangan nadine untuk segera pergi dari dalam kelas aku berusaha membuat dia
merasa aman dan tidak cemas lagi aku membawanya ke UKS nadine hanya terdiam
tanpa tangisan dia mengambil obat dari dalam sakunya dan meminumnya
“kamu minum obat ini berapa kali sehari ”
“dua kali .. kenapa emang ”
“kalau dosisnya dikurangin dengan cara kamu menceritakan
semuanya sama aku gimana ”
“itu tindakan bodoh dan tidak mungkin sekali aku yakin ”
“dicoba bolehkan ”
“baik akan aku coba kalau aku bisa ” ....
Setelah pembicaraan di UKS nadine menjadi orang yang lebih
terbuka dan dia sudah bisa tersenyum senyuman itu terasa hanngat terimakasih
sudah memperlihatkan senyuman yang sehangat itu kepada ku nadine ...
Hari ini aku tidak melihat nadine di kosan dan juga di
sekolah aku mencoba menghubungi no nya juga tidak aktif aku mulai merasa ada
yang tidak beres aku mencoba mengeceknya di rumah sakit langganan nadine yang
sering dia bicarakan
Dan benar dia sedang dirawat diruang intensif
“nadine ... ”
“dimas maaf aku sudah mencobanya tapi ternyata aku tetap
tidak bisa ” sambil menangis menatapku
Aku tiba tiba mencium bibir nadine dengan hangat agar dia
tidak berkata bahwa dia tidak bisa melakukan itu lagi, maafkan aku berusaha
sesuatu yang membuat dia jadi lebih sakit aku langsung memeluk nadine dengan
hangat rasa jantung ini berdebar dengan kencang nadine hanya terdiam tanpa
membalas pelukan itu
“maaf aku hanya sayang sama kamu dan aku ingin kamu selalu
bisa .... nadine” nadine hanya terdiam menatapku dalam
“mulai sekarang aku pacar kamu dan aku nggak akan biarin
kamu sakit lagi ... ”
“pacar ?”
“kamu punya hak untuk menolak kalau tidak setuju ... ”
“tapi aku punya hak untuk berkata iyah kan tapi kalau aku
membuat kamu sakit, aku membuat kamu tidak nyaman aku .... ”
“kamu punya segala hak untuk berkata apa yang kamu ingin
katakan dan aku tidak pernah merasa sekalipun sakit bila itu karena kamu ....” ujarku pada nadine
Nadine langsung memelukku dan berkata “makasih untuk bisa
berada disini” dan aku tahu jawabannya
Aku tahu ini semua tak sesuai dengan rencana tetapi aku
sudah mulai terbawa perasaan
Aku mulai menjadi bayangan nadine aku selalu merasa cemas
saat dia mulai melakuka hal yang dulu dia lakukan mungkin tak semua hal bisa
dia ceritakan tapi aku harap dia bisa menceritakannya walau tidak sekarang.
“nadine kamu udah pilih mau masuk kuliah jurusan apa?”
“entah aku masih bingung tapi kita harus masuk universitas yang
sama sesuai dengan janji kita ” ujar nadine tersenyum
Kita belajar bersama pergi les bersama bahkan kadang belajar
sampai kita berdua tertidur hal yang tak pernah ku bayangkan bisa kulakukan
dengan perempuan yang lain yang bisa membuat aku merasa nyaman dengan semua
yang dia lakukan.
Tok... tok ...
“dimas .... kamu di dalem ? kamu nggak pergi sekolah bareng
aku ” tak terdengar jawaban dari dalam kamar nadine pun turun dan pergi ke arah
mobilnya untuk pergi kesekolah tapi disitu mobil dimas masih ada
Saat disekolah dimas pun tidak masuk kelas, nadine mulai
meneleponnya tapi tetap tidak di angkat nadine mulai khawatir.
Saat pulang nadine langsung menekan gasnya dengan dalam agar
segera sampai kosan saat melihat kamar dimas masih dalam kondisi yang sama dia
mencoba menelepon nada dering telepon dimas masih di dalam melihat ke arah
parkiran pun mobilnya masih ada
Nadine pun meminjam kunci kamar dimas kepada ibu kos, saat
nadine buka dimas ternyata di dalam dengan badan yang menggigil dan suhu tubuh
yang panas nadine pun mencoba mengambil thermometer di dalam kamarnya saat di
ukur ternyata panasnya 38,5 derajat celsius
“dimas ... kenapa kamu nggak coba angkat telpon aku kalau
kamu sakit ”
“maaf tapi badan aku lemas dan kelapa aku pusing untuk diri
”
“kamu diem dulu disini aku beli obat sama makan kamu karena
kamu pasti nggak kuat kalau harus ke dokter sekarang pakai jaket dan kaos kaki selimutnya jangan
dilepas aku pergi ”
Nadine kenapa kamu harus sekhawatir ini sama aku ...
“ini makanannya makan dulu yah walaupun kamu nggak suka
bubur tapi bubur ini enak kok ... nanti kalau sudah selesai makan obatnya yah
... ”
Nadine pun belajar di kamar dimas
“kamu udah ngantuk tidur sana ke kamar soalnya aku nggak
bisa ngegendong kamu kaya biasa kalau kamu tidur di kamar aku hahaha ”
“belum kok nanti kalau mau tidur aku pindah .. kamu tidur
duluan aja dim ”
Tapi ternyata nadine malah tertidur di depan laptopnya aku
berusaha bangun dan menggendong dia ke kamarnya yang berada di sebrang kamar ku
jauh memang saat aku menidurkannya aku melihat wajah nadine kenapa jantung ini
semakin berdetak kencang dan seharusnya tidak seperti ini ....
Pagi itu aku melihat nadine dari sebrang kamar dia sedang
menerima telpon dan melambaikan tangannya kepada ku didalam mobil dia terus
membuka tasnya tanganya terus tak bisa diam
“kamu kenapa nad ...”
“nggak apa apa kamu udah sehatan ...”
“seperti yang kamu liat masih lesu hahaha ...”
“nati pulang sekolah mau anter aku ke rumah aku disuruh
pulang tapi sesudah itu kamu pergi aja jangan nunggu aku kayanya aku mau nginep
dirumah ”
“oh oke jadi kamu cemas karena mau bilang itu doang ”
“oh ...”(gaya oranng korea saat bilang iya)
“kamu ini masih pagi udah secool itu aja ”
“maafkan hahahaha ” nadine pun menyalakan musik player dan
menyetel lagu endah & resha when you love someone berulang kali sampai kami
sampai sekolah
........................................
Saat sampai di depan rumahnya nadine tersenyum padaku
menandakan bahwa aku tau apa yang ada dibalik rumah mewah itu
“dah .... ”
“kalau mau di nyemput WA aja yah ”
“oke ”
.......................................
“harus papah ngundang aku kesini buat ngasih tau aku berita
buruk kaya gini kalau papah mau cerai sama mamah dari dulu aja sebelum aku
lahir ke dunia ini dan sebelum aku terlanjur sakit kaya gini pah ....” sambil
terisak
“nadine kamu .... ” sambil menggangkat tangannya papah
hampir ingin menampar nadine
“papah nggak tahu aku depresi pah gara gara masalah papah
dan mamah kan masalah kakak aku yang sakit dan kalian semua nggak sadar akan hal
itu aku sakit aku ke dokter sendiri aku merasakan sakit ini sendiri nggak ada
satu pun dari kalian yang sadar bahwa aku itu ada disini ... ”
Nadine pun langsung pergi ke atas menutup pintunya sambil
menangis dalam sambil terisak dan menutup mulutkan agar tidak terlalu terdengar
Memiliki papah pekerja keras dan memiliki emosi tajam
Memiliki mamah dengan teman teman arisannya yang selalu
menghabiskan waktu bersama mereka dan bukan kami
Kakak nathan yang selalu mencari kesibukannya sendiri dan
tak ingin berada di rumah
Kakak nadira yang sibuk dengan butik restoran dan semua
usaha mandirinya
Kak nankira dengan sekolahnya yang tak pernah berhenti
Dengan siapa aku harus bergantung dengan siapa aku bisa
bercerita aku hanya nadine yang tidak bisa mencari kesibukan sama dengan mereka aku hanya bisa melihat mereka ada di
rumah dengan semua kesibukannya masing masing dengan amarah papah kepada mamah
selama 17 tahun terakhir aku harus ada di rumah yang begitu panas ini yang
membuat aku depresi dengan semua situasi ini untung selama 3 tahun ini aku kos
selama menjadi murid SMA untunglah
Malam pun datang aku berdiri didepan balkon kamar ku tiba
tiba ada yang menekan klakson mobil saat aku melihat kebawah itu adalah dimas,
WA pun masuk
“mau kabur dari istana indah ini kan ”
“hahaha mau dengan icon tertawa lebar ”
Akupun turun dan memilih unuk pergi dari rumah ini dan
berusaha menjauh ada apa apa yang berbau rumah ini
Entah kemana dimas mebawaku yang pasti dia satu satunya
orang yang bisa membuat aku lega dan tersenyum
“kamu mau karokean kan malem malem kaya gini ”
“karokean dimana? Kamu kok bawa aku ke bukit kaya gini sih ”
“gini cara karokeannya ” dia pun menyalakan musik player dan
membesarkan volumenya dengan keras dan dia memberikan ku botol air mineral
untuk micnya dan lagu endah&resha lagunya when you love someone nadine pun
bernyanyi dengan kerasnya bersamaku plus beberapa lagu dangdut lainnya dan tak
terasa malam yang gelap akan diterangkan oleh matahari kembali, aku dan nadine
pun melihat sunrest dari atas bukit ini dan nadine ternyata mimisan dan tak
sadar aku pun mimisan kita malah tertawa bersama saat kita mimisan bersama
bukan merasa pusing atau lainnya kita malah amat sangat bahagia.
Entah sampai kapan aku bisa merasa bahagia bersama nadine
mungkin semuanya akan cepat berakhir dan tidak selamanya.
Hari ini aku dan nadine ingin pergi kesuatu tempat dan
ternyata saat sampai di cinema aku bertemu dengan nathan kakak pertama nadine
aku berusaha biasa menahan segala amarah yang ada di depan ku karena aku tahu
yang disamppingku adalah nadine
Saat kami makan bersama nadine tidak terlalu ingin berbicara
banyak dengan kakaknya itu saat nadine izin ke toilet disitu mulailah
pembicaraan kami
“gue tahu siapa loe awas kalau loe apa apain ade gua ” ujar
nathan membuka pembicaraan
“apa ini ancaman ade loe ada di tangan gue dan gue lebih tau
ade loe dari a sampai z ketimbang diri loe yang ngaku kakaknya sendiri ”
“bodoh mana bisa ...” ujar nathan
“gue udah mau ngejalanin hubungan ini 3 tahun dari pertama
SMA sampai sekarang, apa loe tahu ade loe sakit gak kan mana mungkin ”
“sakit loe kira gue bakal percaya kata kata loe ”
“ade loe sakit jiwa ”
“apa loe ” sambil berdiri menahan tangannya untuk memukul ku
Dan pembicaraan kami pun selesai saat nadine datang kembali
ke kursi kami
“nadine ... maaf ” ujar nathan “gue pulang duluan” sambil
pergi berlalu
“kalian ngobrol apa aja ” ujar nadine
“kamu ” ujar ku dingin
Aku berharap aku ingin mengakhiri ini semua disini tapi
rasanya aku tidak bisa kalau harus begini tahun demi tahun rasanya cepat kami
sudah menjadi mahasiswa dengan satu perguruan yang sama beda jurusan aku tehnik
dan nadine design kami sudah semester 4 tak terasa dan sudah lima tahun pula
aku bersama nadine rasanya kalau di itung sudah cukup lama tapi rasanya baru
kemarin dan aku bersyukur nadine tidak lagi banyak melakukan hal hal yang aneh
lagi seperti menghitung berulang kali, menahan amarah untuk membuat orang lain
nyaman, enggan bersalaman dengan orang lain karena takut kotor, atau enggan
memegang pembuka pintu tanpa ada tissue semua sudah perlahan menurun
Hari ini hari aniv kita yang ke 5 tahun aku memberi kado
nadine sebuah kalung disaat makan malem itu aku pun memberikan kado ku itu dan
memakaikannya
“aku juga punya kado buat kamu emang sih standar tapi semoga
suka ” ujar nadine sambil menyodorkan kadonya didepan ku
“makasih nadine ” selama kita berhubungan aku dan nadine
sepakat untuk tidak memanggil dengan panggilan yang menggelikan seperti yank,
beb, cinta dan lain lain hanya nama itupun sudah cukup hal kecil yang tidak
bisa aku lakukan dengan wanita lain dan berhubungan selama 5 tahun tanpa
menemukan titik kejenuhan sedikit pun hanya bahagia.
“selama 5 tahun ini aku belum pernah dengar cerita kamu
tentang ayah atau ibu kamu apa cuman aku yang selalu curhat yah tanpa aku
pernah mendengar kamu dim ”
“kamu udah pernah ketemu ibu ku kan aku baik baik saja
karena memang tak ada yang perlu aku ceritakan ” ujar ku
“ayah kamu gimana ?”
“ayah ku ada dia tidak pernah ada di rumah ”
“kalau nanti aku nikah aku pengen banget punya suami yang
sayang sama aku dan masih bisa romantis tetapi juga sayang sama anak anaknya
tanpa ada alasan apapun ” ujar nadine
“jadi siapa suaminya?”
“entah, mungkin bukan kamu .... atau juga bisa kamu ” ujar
nadine tertawa geli dan aku pun ikut tertawa geli karena ke polosannya
.................................................
Kampus semakin hari semakin melelahkan membuat aku lelah dan
nadine akhir akhir ini juga sering pulang malam tanpa aku harus nyemput karena
kita membawa mobil masing masing WA pun masuk
“aku pulang ke rumah ya dim gak ke kosan”
“yakin ke rumah ?”
“hmm ..... udah malem aku tidur dulu ”
“oke sampai besok di kampus”
“oke”
Keesokan harinya di kampus
Tiba tiba pukulan itu mendarat di muka ku dari nathan
“udah cuma bisa segini mau gue ceritaain lagi yang lebih
detail sama loe gue lebih baik yah dari loe jagain dia selama 5 tahun dengan
cinta di banding loe nggak guna tau nggak loe hah ” ujar gue pada nathan
“awas loe kalo macem macemin ade gue ”
“bakal gue nikmatin hahhaha ” ujar ku pada nathan untuk
membuatnya semakin panas
“dimas kakak kalian apa apaan ini daerah kampus ” ujar
nadine
Nadine berjalan ke arahku lebih dahulu di banding kearah
kakaknya
Lalu dengan keras aku berteriak
“urusin aja sana kakak loe gue pergi ” sambil meninggalkan
area itu rasanya teriakanku terlalu keras
Nadine terus menelepon ku dan aku hiraukan semuanya
Nadine pun datang kekosan dan tak aku bukakan pintu sampai
saatnya suara itu tak terdengar lagi aku membuka pintu dan ternyata nadine
berdiri di depan pintu dengan mata lelah dan hidung berdarah dan dia pingsan di
pelukanku
“dimas .... maaf” ujarnya sebelum pingsan rasanya disitu aku
menjadi orang yang tidak berguna mebuat wanita ini menderita
Seusai pemeriksaan aku diperbolehkan masuk dan aku pun duduk
disamping nadine sambil melihatnya dengan rasa yang bersalah telah membuat
nadine kelelahan
Nadine pun sadar dia langsung bangun dan memelukku dengan
erat
“kamu nggak apa apakan ” ujar nadine aku langsung melepaskan
pelukan itu dan menyentil keningkan dengan keras
“dasara bodoh kenapa mesti sampai gini aku nggak apa apa ”
ujar ku
“syukur kalau kamu baik aku juga baik ” sambil menyodorkan
kelingking tanda berbaikan “hidung kamu kok merah habis mimisan juga ?”
“iya sedikit tapi ” ujar ku
Entak kenapa kita selalu sama sama mimisan disaat yang
bersamaan bagai anak kembar hubungan yang berjalan ke 6 tahun ini selalu
membuatku tak bisa merencanakan perpisahan sesuai dengan rencana ku
.................................................
Hari ini hari saat bahagia untukmu
Bertambah satu tahun usiamu
Ku nyanyikan sebuah lagu agar istimewa hari mu
Happy birthday tou you
Lagu ten2five itu pun mengalun dari mulut nadine setelah
sekian lama aku tak pernah merayakan ulang tahun karena aku selalu tak mau
untuk merayakannya melihat dia bernyanyi rasanya aneh tapi suaranya lumayan
juga hahahaha
“Selamat ulang tahun untuk seorang lelaki yang ada di ujung
restoran ini” ujar nadine yang masih di atas panggung “selamat untuk perayaan
yang pertama setelah sekian lama bersama”
“makasih nadine ” ujar ku di dalam hati sambil tersenyum
“kamu ternyata bisa nyanyi dan nggak fales kaya waktu
karokean dulu hahaha ” ujar ku menyindir
“itss malesin kamu bisa main gitarkan iringin aku dong nanti
kita buat video cover dong pliss ”
“iya oke nanti kita buat biar kamu bahagia ” ujar ku sambil
mencium kening nadine dan berbisik makasih untuk hari ini
Hari berganti hari ancaman untuk meninggalkan nadine semakin
kencang datang dari keluarga nadine yang sebenarnya mereka tidak mengetahui apa
apa tentang nadine rasanya merekalah makhluk yang munafik dibanding aku
Aku mulai perlahan lahan mundur dan bisa merencanakan sesuatu
yang sudah aku rencanakan aku mulai mengindari nadine, pindah kosan agar tidak
selalu melihat nadine, mencoba tidak datang ke tempat yang selalu nadine
datangi mengganti nomor dan tidak memberi kabar pada nadine selama hampir 2
bulan aku melakukan hal itu dan itu berhasil membuat sedikit demi sedikit
bayangan nadine pergi dari hidup aku.
Saat aku mimisan aku tahu biasanya di tempat lain nadine pun
sedang mimisan dan mungkin dia bisa kehilangan kesadarannya.
Saat aku pergi keluar tiba tiba nadine berdiri di depan
mobilku dan berusaha untuk menghalangi ku untuk pergi
“dimas buka pintunya kita bicara aku mohon ”
“apalagi .... semua yang ada di seliling kamu nggak ingin
aku adakan aku membuat permintaan mereka terkabul”
“nggak gitu dim nggak gitu” sambil memengang tangan aku
kencang dan menangis di depan ku tanpa sadar tangan ini menarik kalung di leher
nadine
“jangan pernah pakai barang barang yang aku kasih lagi mulai
sekarang ” aku pun masuk mobil dengan perasaan yang campur aduk sambil melihat
kebelakan ke arah nadine yang menangis terjatuh di jalan itu sakit ....
Rasanya sakit melihat dia sakit rasanya kacau melihat dia
kacau nadine maaf....
Tahun ke 7 ini tidak berjalan lancar tugas akhir kuliah
menjadi molor tidak konsen aku berusaha untuk tidak mencari nadine lawaupun aku
ingin mencarinya
“dimas .... ” ujar seseorang dari belakang
“sena ada apa ?”
“kamu tau nadine di rumah sakit? ”
“nggak aku nggak tahu dia sakit apa ”
“entah akhir akhir ini dia jadi kaya orang yang linglung
suka berhitung jarang mau berbaur nggak
kaya nadine biasanya dia bahkan pernah mencuci tangan samapai bebrapa kali
sambil menangis semenjak kalian bertengkar di parkiran ”
“itu udah 5 bulan yang lalu dia dirawat udah berapa lama?
Dirumah sakit mana”
“2 minggu kurang lebih di RS. ROYAL HEALTH ”
Maaf nadine sesampainya dirumah sakit akupun masuk
kekamarnya nadine menjadi lebih kurus dan sedang tertidur dan ada seseorang
didalam dan dia mulai memperkenalkan diri kepada ku
“aku rangga dokter baru nadine menggantikan professor yang
sedang berada di luar negeri selama lebih dari 2 tahun kedepan ”
“saya dimas ”
“iya saya sudah tahu waktu awal masuk nadine pernah cerita
tentang kamu dimas ”
“oh ”
“boleh aku meminta tolong untuk kamu bisa menjaga nadine
untuk menjaga perasaannya ”
“akan aku usahakan ”
Sejam dua jam berlalu nadine tidak bangun bangun dan mata
itu mulai membuka
“dimas ”
“syukur kamu ternyata tidak apa apa aku pulang ”
dimas pun pergi dari kamar itu tanpa menghiraukan teriakan
nadine tanpa dimas sadari nadine mengejar dari belakang dan tiba tiba
memeluknya dari belakang dan memberhentikan langkah kaki dimas
“aku mohon tetaplah disini dan seperti ini ”
“aku sudah tak bisa hiduplah dengan baik dan hapus semua
cerita kita di dalam otak kamu ”
“kamu nggak peduli dengan rasa sesak disini ” ujar nadine
sambil memegang dadanya
Dimas terus melangkah kedepan tanpa ingin melihat ke arah
belakang, nadine terus menangis sambil memengang dadanya rasa sesak itu membuat
nadine tidak bisa bernafas sulit rasanya percaya
Ranggapun datang dan memeluk nadine agar dia tidak terlalu
terisak dan menangis
“kenapa rasanya sakit dok” ujar nadine sambil menangis
Rangga hanya bisa memeluk nadine sambil menepuk nepuk
punggung nadine
“mungkin dimas masih marah dengan semuanya kamu coba bersabar
berusaha seperti biasa agar dimas tidak merasa bersalah ”
Aku terus melangkah sambil merasa sesak sama seperti apa
yang nadine rasakan hubungan ini terlalu dalam terlalu menyesakan saat harus
berpisah.
Aku mulai membuka hati lagi tak ingin skripsi nadine rusak
karena masalah kesehatannya aku terus ada di sampingnya sampai kami menjadi
sarjana walau aku duluan yang lulus ketimbang nadine
“ini undangannya besok dateng yah dim ” ujar nadine bahagia
“harus aku yang dateng bukan papah atau mamah kamu atau ke 3
kakak kamu? ”
“harus kamu pokoknya makasih untuk semuanya makasih sudah
ada disini makasih untuk selalu ada menemani ku ... ” sambil memelukku erat
rasanya masih sama jantung ini masih selalu berdetak dengan kencang saat aku di
peluk nadine
“sama sama nadine untuk semuanya ”
...........................................................................
Hari anniv ke 8 tahun
Pertanyaan yang nadine tanyakan saat anniv ini adalah
“apakah bukan aku yang mau kamu jadikan istri dim ? ”
“aku masih ...... kalau kamu mau jawabannya besok malem
dateng ke restoran yang ada di puncak dateng kesana pakai mobil sendiri aku
tunggu di restoran ... ”
Mungkin dalam pikiran nadine esok aku akan melamarnya tapi
esok hari kejujuranku pada nadine setelah 8 tahun bersama dan dia harus tau
alasannya kenapa aku ada di sampingnya selama 8 tahun ini
...................................................................................
Naidne pun datang aku langsung melambaikan tangan mata
nadine melihat sekitar dia hai ini dandan dengan cantik tidak seperti biasa
“kamu udah pesen makan? ” ujar nadine
“belum nanti aja sekarang giliran aku yang bicara entang
kita kamu mau tahukan cerita tentang ayah dan ibu ku yang selama ini belum aku
ceritakan ibuku seorang ibu rumah tangga biasa yang sayang pada ke 2 anaknya
yaitu kakakku dan aku ayahku seorang pengusahan yang lumayan sukses di waktunya
sampai suatu saat beliau kehilangan banyak hartanya saat beliau ditipu oleh
seorang pengusaha lain dan beliau meninggal terkena serangan jantung saat tahu
hartanya habis disita oleh pengusaha yang culas itu ibuku menjadi orang yang
setengah sadar hampir bunuh diri dengan semua kondisi itu dan pemberitaan di
masyarakat aku bisa seperti ini sekarang karena kakakku yang bekera keras untuk
menyelamatkan semua kamu tahu aku pernah bersumpah untuk membuat orang itu
hancur karena telah menghancurkan hidupku ....”
“lalu saingan alm papah kamu siapa?”
“ada seorang saksinya menyaksikan sumpahku untuk
menghancurkan keluarga itu adalah nathan kakak kamu ”
“lalu ... pengusaha itu adalah ayahku ?”
“ya tebakan kamu tepat sekali itu adalah ayah kamu yang
membuat semua keluargaku hancur dan cara aku menghancurkannya adalah dengan
mendekati kamu” tangan nadine langsung tremor sambil mengepal matanya berkaca
kaca “tapi ternyata salah kamu memang sudah tidak berguna dari awal walaupun
kamu hancur ayah kamu tidak akan peduli tentang kamu aku salah sasaran”
Muka nadine sudah mulai gelisah tanganya sudah tidak bisa
diam
“itu alasanku mendekati kamu selama 8 tahun ini ..... ”
pembicaraan aku belum selesai nadine sudah keburu pergi saat dia lewat tangga
nadine jatuh aku langsung berdiri tapi
aku langsung mengurungkan niat untuk menolongnya
Nadine bangun sambil menangis dan tremornya masih terlihat
dia melihat tasnya untuk mencari obatnya saat masuk mobil dia langsung
berteriak tanpa bisa menghentikan tangisannya
“kenapa kenapa tangan aku yang bisa diam ” isi otak nadine
sudah bercampur tangan yang bergemetar itu mencari handphone menelepon rangga
dokternya
“rangga tangan aku gemetar aku gak bisa berhenti menangis
gimana aku mau pulang aku gak bisa nyupir rangga dimas ..... ”
“kamu dimana ... halo ....”
Handphone nadine pun jatuh kebawah nadine terus menangis
lama sekali sampai rangga datang
“kamu dateng akhirnya ” ujar nadine “aku sudah lelah” lalu
nadine pun pingsan di pelukan rangga
Rangga langsung membawa nadine ke rumah sakit
Aku pun datang kerumah sakit untuk mengetahui kondisi nadine
saat aku ingin masuk rangga keluar dengan muka yang cemas suster pasien kamar
ini dimana ujar rangga sambil berteriak aku langsung berlari mencari nadine aku
seperti melihat nadine naik ke lantai atas
Saat au ke rooftop benar nadine ada disana sedang berdiri di
pinggir rooftop sambil ingin menaik aku langsung menariknya dan memeluknya
“aku mau apa nadine ” sambil menatap matanya “aku bisa gila
kalau kamu kaya gini”
Nadine malah berhitung aku semakin bersalah
“nadine aku mohon dengarkan aku berhenti menghitung berhenti
aku kemarin belum selesai kalimat aku belum selesai ”
dengan lemas “apa yang belum selesai”
“dengarkan itu hanya alasan awal alasan aku terus sama kamu
selama 8 tahun adalah karena aku cinta sama kamu itu yang harus kamu dengar ini
jawaban atas pertanyaan kamu “apakah bukan aku yang mau kamu jadikan istri dim
? ” iya kamu yang jadi istri aku nadine kamu cuman kamu kamu yang bisa menbuat
semua ini tidak membosankan kamu yang membuat jantung aku selalu berdetak saat
kamu peluk aku
Tapi semua penjelasan itu masih sperti penjelas dingin di
mata nadine nadine hanya terdiam tanpa bicara
“nadine ... ”
“tapi sayang aku terlalu cinta sama kamu dim aku tidak bisa
kalau bukan kamu dim maaf ”
Nadine pun menangis dan memeluk aku