Selasa, 23 Agustus 2016

have to you (harus kamu)

Mata coklatnya terus memandang kedua orang yang berada didepannya pikirannya melambung bahagia melihat kedua orang tersebut membayangkan sesuatu yang membuat Nadine bahagia
“kenapa mau punya pacar?” bisikan pelan kedekat telingannya pun mebuat lamunan bahagia Nadine kabur suara yang tak asing lagi untuk didengarnya  suara raisa teman sejak zaman ingusan
“kamu datang diwaktu yang tidak tepat saat aku …” omongan Nadine pu terpotong
“kenapa membayangkan tentang hal memiliki, kamu mau punya pacar? ” ujar raisa dengan mata berbinar
“siapa coba yang mau single aku cuman lagi nunggu aja kok” ujar Nadine termenung sambil telunjuknya berputar memainkan cangkir matcha lattenya
“single atau jomblo, eit tak usah dijawab aku sudah tahu jawabannya dan pasti kamu mengelak tentang hal ini” ujar raisa karena ini bukan pembahasan pertama kalinya bahkan terlalu sering untuk dibahas
Nadine termenung dengan perasaan seandainya aku raisa yang sudah memiliki hubungan lama dengan Arkan yang sudah berjalan selama 4 tahun sejak SMA dulu, dalam hati sambil memengang dadanya satupun juga tak nyata keberadaanya

                                                                                                ***
Kenapa kita harus ke bandung sih kak, aku ingin dijakarta saja sudah lama aku tak pulang dan sekarang kakak malah mengajak ku pergi ke tempat yang tidak mau aku kunjungin aku cape keluh Adrian kepada kakaknya
“aku mau ngajak kamu liburan dari pada Jakarta mending bandung kemana mana, sekalian kita pulang kampung ke rumah nenek ” ujar dira kakak Adriana
“dan sekarang kita kemana coba ini bukan arah ke rumah nenek kak ” ujar Adrian dengan nada malas
“bahasa kamu kaya anak SD yang murung sudah ikut kakak aja berisik ” ujar DIra
Selama perjalanan Adrian hanya biasa memandang sekeliling sambil sesekali memotonya walau perasaan bête yang hilang dari mukanya, tapi tetap saja mau bilang bagaimana lagi adrian menikmati perjalanan ini sesungguhnya, Kalau boleh jujur.
                                                                                                ***
Dan ternyata bener gue cuman dikacangin disini basi banget ujar Adrian dalam hati
“de kakak mau lanjut jalan jalan bareng temen kakak, kalau kamu mau pulang bawa mobilnya kamu tau jalan pulangkan ?”
“kak ?”
Sebelum Adrian memberikan jawaban kakak dan rombongan cewe cewe yang banyak itu telah berlalu pergi. Terpaksa pulang pakai google map dari sini keluh adrian
Adrian yang sibuk dengan google mapnya sampai tak konsentrasi pada jalannya dan rasanya ada sesuatu yang menyenggol mobilnya
                                                                                                ***
Jadi kita kemah disini kamu serius ini lembang dingin banget, kamu yakin Nadine? kata kata yang diteriakan pada Nadine tapi Nadine tetap berlalu ke mobil sambil mengambil perlengkapannya,  jalan di malam itu memang kosong Nadine yang tidak bisa menyebrang pun bisa dengan hati lega untuk melaluinya.
Ada 2 tas besar yang sudah Nadine bawa untuk mempersiapankan kampingnya kali ini dengan raisa dan pacar raisa tentunya arkan dan sudah pasti Nadine menjadi nyamuknya maka dari itu Nadine membawa banyak makanan dan perbekalan.
Nadine berpikir tak mungkin dia biasa membawa semua ini dalam satu kali pasti beberapa kali dan dia memutuskan untuk membawa 1 kantung besar dan 2 kantung kecil terlebih dahulu dan sisanya di kali ke 2.
Saat akan mengambil barang yang kedua jalanan tak sesepi tadi, mobil dan motor pun lalu lalang dengan kecepatan tinggi Nadine ingin memanggil raisa dan arkan tapi perjalan ke dalam menuju kemah terlalu jauh, dia memutuskan untuk menunggu jalanan kosong
Saat menyebrang tiba tiba terdengar suara keras
                                                                                                ***
Adrian pun keluar dari dalam mobil dan ternyata ada seseorang di depan mobil dia dengan banyak luka lecet  yang terlihat dari tubuh wanita itu dengan tangan yang bergemetar Adrian pun mengangkutnya ke dalam mobil dengan perasaan yang campur aduk berpikir.
Ternyata dia bukan menyenggol tapi menabrak
Bagaimana kalau wanita itu tidak sadar
Kalau dia di tangkap polisi
Kalau mungkin wanita itu menjadi …..
Sekelebat bayangan buruk terus menghantui Adrian membuat dia tambah melajukan mesin mobilnya dengan kencang menuju rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah sakit wanita itu langsung di masukan ke UGD dan setalah itu di pindahkan ke ruangan ICU
“Apa mungkin lukanya separah itu ” Adrian berkata pada dirinya sendiri sambil menggaruk kepalanya
“apa aku pergi saja ” lalu Adrian berpikir “tidak tidak boleh aku harus tetap disini dan mengakuinya …”
“tapi aku ” andrian berpikir “indentitas wanita itu siapa ? apa dia membawa KTP tadi atau jangan KTP handphone ada tidaknya aku harus menghubungi siapa ….”
                                                                                ***
Nadine Nadine Nadine
“apa mungkin Nadine diculik yang ?” ujar arkan agak sedikit khuatir dengan sahabatnya yang satu itu
“nggak mungkin ada yang mau nyulik dia ” ujar raisa dengan menangis mengkhawatirkan sahabat kecilnya itu dimana …
Perasaan bersalah itu pun membuat raisa terus menangis dan menelepon tante tata untuk menanyakan apakan Nadine kembali ke rumah tanpa bilang dia membayangkan sesuatu yang mustahil pun padahal mereka tahu mobil Nadine ada di parkiran
Tante tata mencoba menenangkan raisa dan sikap positif walaupun beliau pun cemas tentang hal ini
                                                                                ***
Sudah satu malam Nadine berada di rumah sakit tanpa membuka matanya sama sekali dan membuat Adrian sebagai pelaku utama menjadi amat sangat resah walaupun diagnosa dari dokter luka luar Nadine tidak terlalu parah, walaupun mungkin ada luka dalam yang berakibat nanti dimasa depan tapi itu hanya perkiraan untuk memastikannya harus ada tindakan lanjutan untuk memastikannya ujar dokter.
Adrian pun duduk disamping wanita yang dia tak tahu siapa namanya siapa
“kenapa kamu tidak bangun bangun wahai wanita ” ujar Adrian merenung sambil menundukkan kepalanya kebawah, wajahnya sudah lusuh ini bukan liburan yang dia inginkan dalam hati perasaan bersalah ini terus menjadi mimpi buruk dan membuat dia tidak bisa tidur dengan nyeyak dan menjadikan kelingan hitam di bawah matanya walau hanya satu hari.
Kakaknya sudah tahu tapi tidak semuanya karena pengakuannya terhadap kakaknya jelas berbeda dan dia pun akan menjelaskan hal yang sama seandainya wanita dihadapannya ini bangun rasa frustasi pun mendorong andrian untuk memengang pundak Nadine dan mengoyangkannya sambil berkata
“kapan kamu akan bangun aku sudah frustasi parah, wahai wanita ”
Dan Adrian menghentikan gerakan itu kan memengang kepalanya dengan frustasi tapi ada yang aneh jari wanita itu bergerak, matanya mulai membuka
“andai dari tadi aku melakukan ini mungkin kamu juga akan bangun lebih cepat … wahai wanita ”
Wanita itupun terbangun dan membuka matanya secara perlahan dan tentu Adrian menyambutnya dengan senyum yang amat sangat lebar
“akhirnya kamu sadar juga kamu ada di rumah sakit selama 1 hari full ” ujar Adrian mencoba menjelaskan sedikit agar wanita itu mengerti sedikit “tebak ini berapa kamu masih biasa menghitung  jari ku ?” tangan Adrian tertunjuk di depan Nadine dan dua jari yang teracung
“itu dua ” ujar wanita itu.
“syukurlah kamu tidak lu pa ingatan kalau begini aku jadi tenang… perkenalkan aku Adrian orang yang mebawa kamu dari tempat kecelakaan ”
“berarti aku  benar ” ujar wanita itu polos
“tentang apa ?” dalam hati apakah aku seterkenal itu di bandung aku rasa belum
“iya tentang aku memang tidak mengenal anda … maaf telah merepotkan perkenalkan nama saya Nadine ” ujar Nadine formal
“hai hai tidak usah seformal itu aku masih muda dan sepertinya kita tidak beda jauh ” ujar Adrian dengan senyum manis “jadi kamu bisa memberi aku no telpon rumah atau ibu atau bapakmu untuk memberikan kabar tentang dirimu ”
Saat Adrian mendapatkan no telephone kedua orang tua wanita yang ternyata bernama Nadine itu, banyak pertanyaan saat nada dering tunggu berubah menjadi nama suara seseorang banyak sekali pertanyaan yang di ajukan kepada Adrian tentang Nadine.
Saat masuk kamar rawat Adrian melihat wanita itu sedang makan mungkin dia lapar setelah seharian full  terbaring di ranjang rumah sakit.
“orang tua kamu sebentar lagi akan datang kesini ” ujar Adrian sambil melihat kearah Nadine yang sedang makan sungguh dalam pikirannya ini sama sekali tidak seperti di novel ataupun film dimana orang sakit tidak doyan makan hati Adrian tergelitik bibirnya sedikit melengkung
“baik, tapi Adrian apa yang harus aku lakukan untuk membalas ini ….” Ujar Nadine polos dengan mata menatap lurus membuat Adrian salah tingkah
“tak ada cukup jaga dirimu baik baik … ” ujar Adrian tanpa pikir panjang

                                                                                                ***





“kamu mau ke Jakarta ? ngapain Nadine ?” ujar raisa resah
“cuman ngehabisin rasa penasaran aku aja tentang mamah ” Nadine berkata sambil tertunduk “aku masih belum bisa membaca mata mamah tentang apa yang iya rasakan tentang kejadian itu rasanya dia datar ” ujar Nadine
“Nadine berhenti menafsirkan apa yang kamu liat lewat mata ” ujar raisa dengan nada kesal tanda tak setuju
“aku pergi besok kamu mau ikut ?”
Pergi ke Jakarta dengan tujuan mengetahui kehidupan mamah yang baru walau mungkin sakit setidaknya mencoba ujar hati Nadine dan tiba tiba Nadine memberhentikan mobilnya ke pinggir bukan karena ada masalah hanya hatinya berat menggingat kejadian itu tanpa terasa dadanya berat air matanya pun sudah menetes deras di pipi merahnya.
“sakit …. Sakit …. ” ujar Nadine di dalam mobil dengan kepala yang di senderkan ke kursi mobil dengan tangan menutup muka
Nadine adalah orang yang selalu melihat mata seseorang untuk membaca perasaan dan pikiran seseorang karena menurut kamus Nadine mata adalah hal yang paling jujur, dia lulusan S1 psikolog yang bisa melakukan hal itu.
                                                                                                ***

Pagi ini Nadine  sudah ada di depan rumah mamahnya yang sudah 4 tahun tidak dia temui rasanya canggung. Nadine pun menekan pel pintu rumah yang cukup besar itu dan yang membuka adalah mba muda yang mungkin pengurus rumah besar ini
“bisa bertemu dengan ibu fika ?” ujar Nadine pada mba muda itu
“ini non Nadine ?” ujar mba muda dengan nada amat sangat ramah
“iya betul mba ” ujar Nadine datar
“ayo masuk duduk dulu ya non mba panggil dulu ibunya ” sambil menunjuk kea rah ruang tamu
Nadine melihat sekitar di ruang tamu hanya ada satu titik focus photo keluarga terdiri atas satu laki laki tua ibu Nadine dan satu laki laki yang usianya terlihat sebaya dengan Nadine hati Nadine takut sekali melihat lelaki itu.
“Nadine ” suara laki laki terdengar membuyarkan lamunan Nadine dari sorot matanya terlihat sangat tulus membuka tanganya ingin memeluk Nadine tapi Nadine hanya menjabat tangan lelaki tua itu
“hai om gilang apa kabar ?” ujar Nadine saat menjawab tangan Gilang bapak tirinya untuk basa basi
“baik sekali cantik bagaimana kabarmu ?”
“baik, mamah mana ?” ujar Nadine dengan to the point
“dia ada di atas  sebentar lagi juga turun ”
Saat mamahnya turun entah kenapa Nadine merasa saat mebaca mata mamahnya mata itu sendu saat melihat kea rah Nadine. Mata yang selama ini ingin sekali Nadine baca ternyata ini hasilnya ujar Nadine dalam hati
“dewo masih di singapura jadi kamu belum ada teman main tapi sebentar lagi dia datang ” ujar om gilang pada Nadine “sebulan lagi ”
“aku tidak selama itu om disini hanya 3 hari atau paling lama 1 minggu itupun kalau betah ”

                                                                                                ***
Cuaca hari ini panas mobil jazz yang Nadine bawa dari bandung pun melaju entah mau kemana tapi setidaknya dia harus berkeliling mumpung dia sedang ada disini.
Nadine memandang dengan penuh hayat rasanya dia pernah melihat orang di sebrang meja sana tapi dimana dan siapa namanya apa teman smp atau sma atau bahkan satu almamater  dengan dirinya rasanya bukan
“ Adrian ” ujar Nadine agak kencang lalu merasa suranya terlalu keras Nadine menutup mulutnya lawau sudah telat orang disebrang pun memandang dan melambai dengan muka agak sedikit berpikir dan berdiri menghampiri Nadine
Jantung Nadine langsung berdetak kencang dengan membaca matanya rasanya lelaki itu ingin melakukan sesuatu yang aneh.
Dan benar saja lelaki itu malah mencium pipi kiri dan kanan Nadine mebuat Nadine merasa geli dan tak nyaman
“Nadine? Hai apa kabar ?”
Obrolan yang basa basi sekali tapi lama lama semua terasa nyaman terutama mata yang terlalu nyaman untuk di pandang itu.
Banyak sekali yang mereka bicarakan terutama tentang kecelakaan 1 bulan lalu.
“Adrian besok bisa ajak aku keliling Jakarta nanti saat kamu ke bandung aku ajak kamu juga jalan jalan aku pengen ke pulau seribu ” ajak Nadine
“kamu disini sampai kapan ?”
“entah aku orang tanpa agenda memangnya kenapa? ” ujar Nadine penasaran
“1 minggu lagi temenku ada acara di pulau seribu kalau kau mau untuk menemani aku kesana aku bisa ajak kau kesana ”
“bisa bisa nanti aku atur jadwal pulangku lagian di bandung belum ada agenda apa apa kecuali jalan jalan bersama raisa ” ujar Nadine tersenyum hambar
Adrian membalas senyum hambar Nadine dengan senyum tulus “  mana kontak kamu nanti aku hubungin id line atau no telpon sekalian biar tidak sulit ” ujar Adrian sambil mengeluarkan smartphone yah.
“kamu janji ngajak aku jalan jalan kan besok entah kemana kalau besok kamu bisa temuin aku di tempat janjian tanpa harus menentukan tempat pasti dan jam pasti baru aku kasih id line aku ” ujar Nadine
“kota tua besok, oke ?” ujar Adrian
“sampai besok  adri” ujar Nadine sambil berlalu
                                                                                                ***
Adrian yang masih didalam café pun tersenyum kecil melihat tingkah Nadine yang tidak mau memberikan kontaknya secara langsung
“liat besok Nadine aku akan menemukan kamu di kota tua ” ujar Adrian sambil tersenyum dan kembali ke mejanya yang ada beberapa teman kantornya dan sedang mengobrolakan konsep iklan
“siapa tuh yan ?” ujar tinong
Teman Adrian dengan otok kosong tetapi selalu memiliki ide bagus untuk iklan dan selalu nyambung dengan Adrian yang selalu membuatnya menjadi perfect namanya tino selalu dipanggil tinong alian tino kosong sekosong hatinya yang selalu jomblo dan curhat di medsosnya pria tergalau
“korban gue tuh ” ujar Adrian lempeng
“maksud loe, dia mangsa loe buat di permainkan …..”
Adrian terdiam menginggat kejadian yang dulu pernah terjadi kepada Nadine gara gara dirinya, dosa yang belum dia akui kepada siapa pun sekali pun kepada tinong yang sahabat akrabnya.
“woi sadar bro ngelamun aja ” ujar tino

                                                                                                ***
Hari ini tantangan bertemu di tengah keramaian di tepat asing tanpa ada kontak sedikit pun hanya feeling dan rasa saja
Nadine berangkat pagi menuju siang sekitar pukul 10 setelah mamah dan om gilang pergi dari rumah dengan bantuan map Nadine pergi menuju tempat tujuan karena tak mungkin Nadine pergi mengajak mamahnya yang sekarang menjadi wanita karir dan untuk berbicara pun rasanya cukup canggung untuk dimulai
Sampai di kota tua Nadine melihat jam casio kesayangnya ternyata sudah jam 11 nadine keluar dari mobilnya dan ternyata tanpa harus berputar putar Adrian sudah ada di depan mata dengan senyum kemenangan dimatanya  
Nadine melihat mata Adrian dengan dalam, bunyinya bahwa aku menang telah menemukan mu tapi ada rasa aneh ada sebersit kata rindu dimata itu
“aku hebat bukan ?” ujar Adrian sambil tersenyum memiringkan kepalanya kearah bawah karena Nadine memang lebih pendek di bandingkan Adrian
“ya lawau licik aku tidak membayangkan hal seperti ini aku berharap …” sambil melamun berpikir tetang hal yang  dia baca dari mata Adrian
“berharap apa? Aku disini pusing nyari kamu ? dan akhirnya kamu pulang duluan dan aku masih disini sampai sore ?” tertawa lalu tersenyum amat sangat lebar
“tidak seperti itu juga tapi mendekati ” ujar Nadine dengan senyum
“kita keliling naik sepedah aja yah mau sendiri sendiri atau satu berdua ?”
“sendiri sendiri aja” tapi aku udah lama nggak naik sepedah dalam hati Nadine
“oke siap tuan putri ”
Tapi ternyata lawaupun sudah lama tidak naik sepedah Nadine masih bisa menaikinya dengan lancar.
Banyak ternyata yang bisa Nadine tahu tentang Adrian dari obrolan kecil mereka yang membuat Nadine bahagia lawau sederhana
“aku mau nanya sesuatu ?” ujar Nadine saat turun dari sepedah
“apa ?”
“kamu kamu rindu  aku?” ujar Nadine datar
Saat Nadine bertanya seperti itu dada Adrian langsung tersentak pertanyaan yang aneh mengapa gadis polos ini menanyakan hal itu.
“kenapa memangnya ”
“aku liat dari mata kamu ” dengan tatapan tajam kearah adrian
Adrian tidak membalas tatapan itu ataupun membalas dengan jawaban berupa kata kata kepada Nadine dia malah menarik tangan Nadine dan mengajaknya ke lapak yang menjual es cream Jakarta memang panas dan butuh semacam es cream gitu.
“panas bukan ” ujar Adrian dengan senyum
“ya amat sangat aku harus segera mandi tapi sayang air disini rasanya juga hangat jadi tidak terasa segar” ujar Nadine
“mana id line kamu Nadine aku sudah menang ” ujar Adrian sambil mengeluarkan smartphonenya dan mengarahkannya ke rah Nadine
Nadine pun menulis id linenya lalu iya tambahkan dirinya menjadi teman
“mana hape kamu acc aku jadi teman kalau kamu tidak meng acc aku tidak bisa free call kamu, hanya bisa chatting”
“iya baik lah aku kalah ” ujar nadine

                                                                                ***
Lampu merah terasa lama Nadine ingin segera pulang rasanya panas dan gerah lalu nada ada line masuk pun terdengar
Tulisannya
Untuk jawaban dari pertanyaan kamu tadi
Lalu bunyi line masuk lagi
Apakah aku merindukan mu ?
Jawabannya IYA aku memang merindukan mu
Nadine tersenyum dengan kenyataan itu sampai dia tidak sadar lampu merah sudah berubah menjadi hijau.
Terimakasih …
Balas Nadine singkat sambil terus tersenyum dan melihat handphonenya terus tetapi tidak ada pesan masuk lagi Nadine berpikir apa dia patut bahagia karena hal itu tapi ini tidak akan mengubah apapun diantara mereka karena rindu bisa untuk alasan apapun.
                                                                                                ***
Pulau seribu pun siap dijelajahi oleh Nadine dengan segala persiapan yang sudah di beri tahukan oleh Adrian, Nadine pun siap saat Adrian menjemputnya tidak dirumah tentu ditempat yang rasanya bisa untuk bertemu
“kamu siap ?” ujar Adrian
“ya tentu saja ”
Di acara milik teman Adrian itu Nadine pun dikenalkan dengan banyak sekali teman Adrian yang memang rata rata masih muda dan terlihat sangat humble kepada siapa pun entah kenapa banyak yang menyangka Nadine adalah pacar Adrian
Nadine terus memandang mata Adrian saat orang orang berkata Adrian apakah dia pacarmu Adrian hanya tersenyum tanpa berkata apapun atau membantahnya tapi mata Adrian tidak bisa Nadine rasa kan
Tiba tiba adanya menyambut “hai guys”
Semua mata tertuju pada satu orang yang baru saja datang ternyata itu adalah dewo saudara tiri Nadine dengan rasa yang sangat takut Nadine melangkah sedikit kebelakang Adrian
Dewo pun maju kearah Adrian dan menjabat tangan Adrian
“hai bro sudah lama tidak berjumpa kita dengan siapa loe bro ?” ujar dewo
“dengan cewe barunya tuh bro ” ujar tino
“mana kenalin ke gue dong bro ” ujar dewo penasaran
Adrian menarik tangan nadine yang terasa sangat dingin ke arah depan bertemu dengan dewo muka Nadine burubah pucat saat beradu pandang dengan dewo
“oh ” ujar dewo ringan
Dewo pun pergi
“kamu baik Nadine ” ujar Adrian dengan menempelkan tangan pada kening Nadine yang membuat rasa yang aneh pada diri Nadine
“aku baik adri ” ujar Nadine mengusahakan seulas senyum
“yakin?  kamu mau aku ambilkan minum atau obat ”
“minum saja tapi jangan lama lama yah dri” ujar Nadine dengan muka memohon

                                                                                ***
Tangan Nadine pun ditarik dan diajak ketempat yang sepi bebas dari suara riuh orang orang dengan tangan yang terus ditarik kencang
“mau kemana kita ?” ujar Nadine
“ikut saja aku ” ujar dewo “kamu pacar dari Adrian yang sahabat aku dari kecil hebat wanita seperti kamu bisa membuat dia jatuh cinta ” ujar dewo ketus sambil mendorong Nadine ke arah tembok
“kamu mau apa ?” ujar Nadine, dewo terus melangkah maju dan membuat Nadine terus melangkah mundur.
“aku … mau melakukan adegan dimana mamah kamu mencium ayah aku di depan mamah aku, aku, dan kamu, agar Adrian tahu rasanya jadi aku saat melihat wanitanya dicium oleh sahabatnya sendiri”
“dewo …. Aku bukan wanita Adrian akupun sakit tentang hal itu ”
Tapi kata kata Nadine tidak membuat dewo sadar, dewo malah telah membuat Nadine berada di pojok sekali, tangan dewo terus menahan Nadine agar tidak pergi  berusaha untuk mencium bibir Nadine dengan paksa Nadine malah mengeluarkan air mata merasa takut, sedih, marah, kecewa campur aduk Nadine terus menahan agar hal itu tidak terjadi
“dewo sadar aku saudara kamu ”
“saudara apa ? apa wanita jalang ….”
Nadine dengan tangan yang bebas tanpa sadar menampar pipi dewo dan saat dewo ingin menampar balik Nadine tanganya terhenti dengan tangan Adrian. Adrian langsung menarik Nadine dari sisi dewo menariknya kebelakang.
“jangan main main dengan dia ” ujar Adrian sambil menarik Nadine pergi dari dewo yang telah mendapatkan bogeman dari Adrian
Adrian membawa Nadine ke pantai,
“kamu tidak apa apa Nadine ?”
Nadine malah menjatuhkan dirinya kepasir pantai sambil menangis menutup mulutnya agar Adrian tidak terlalu mendengar suara tangisan Nadine. Nadine terus menangis tanpa bisa menerangkan apa yang membuatnya menagis kepada Adrian.
Adrian hanya bisa duduk di samping Nadine sambil mengusap usah pundak Nadine dan menunduk menatap Nadine
“satu kata yang kurang saat aku di bandung selain jaga dirimu dengan baik aku juga akan menjaga kamu ” ujar Adrian
Setelah Nadine berhenti menangis dia merasa kepalanya berat dan pandangan matanya serasa kabur dan sedikit berbayang mungkin factor terlalu banyak menangis.
“aku mau balik ke motel adri” ujar Nadine sambil berdiri berlalu meninggalkan Adrian tapi dengan matanya yang kabur Nadine tidak bisa melihat apa apa dengan jelas langkahnya terhenti saat dia tersandung akar pohon dan membuat kakinya berdarah
                                                                                                ***
Sambil membersihkan luka di kaki Nadine, Adrian yang terpaksa harus satu kamar dengan Nadine pun harus tidur di sofa di sebelah kasur
“lukanya sudah aku tutup, soal tadi aku mungkin akan menanyakannya lagi nanti tapi aku tau ini bukan waktu yang tepat untuk bercerita ” ujar Adrian sambil menatap mata Nadine
“oh ” ujar Nadine polos
Adrian pun berlalu pergi kemar mandi untuk mencuci tanganya, saat kembali …
“adri ” ujar Nadine seperti mengundang Adrian untuk duduk di sebelahnya dan Adrian pun seperti mengerti maksud Nadine
“aku akan cerita sekarang entah ini penting atau tidak untuk kamu tapi aku berterima kasih untuk hari ini kepada kamu,…” Nadine terhenti sebentar “aku dan dewo adalah saudara tiri beda ayah dan ibu dulu ayah dewo dan ibu aku adalah pasangan mereka menjalin hubungan yang sangat lama sampai akhirnya mereka harus pisah karena jalan yang dibuat oleh orang tua mereka masing masing sampai ibuku menikah dengan ayahku dan melahirkan aku dan begitu pula dengan ayah dewo dan ibu kandungnya …..” Nadine menghela napas panjang
Sampai akhirnya mereka bertemu lagi disaat mereka sudah memiliki segalanya dengan  pasangan mereka masing masing tapi mungkin perasaan mereka yang sudah lama dipendam pun muncul lagi karena pertemuan itu yang salah dari ini adalah ibuku dan ayah dewo menjalin hubungan yang seharusnya tidak mereka jalani aku melihat ibuku berciuman dengan ayah dewo di depan aku, dewo dan ibu kandung dewo itu membuat aku jiji melihat ibuku sendiri yang juga menbuat ibuku dan ayahku bercerai
“tante tata? ” ujar Adrian
“dia ibu sambungku nama ibuku fika ” ujar Nadine “maka tadi dewo ingin melakukan hal yang sama agar kamu merasa sakit melihat dia menciumku padahal kita tidak memiliki hubungan yang seperti itu bukan ?  hahaha ” dengan ketawa hambar “oke cukup sekian ceritanya mataku kabur aku ingin tidur”
Adrian hanya terdiam mematung mendengar penjelasan Nadine merasa ada sesuatu yang aneh…
                                                                                                ***
“jadi kapan kamu pulang lagi ke bandung? ” ujar Adrian saat di jalan menuju rumah Nadine dan juga rumah dewo
“lusa aku kembali ke bandung jangan rindukan aku lagi yah ?”
“kenapa ?” ujar Adrian sambil menekutan alisnya sebelah
“tidak ada alasan untuk itu bukan ” ujar Nadine dengan senyum tipis dan saat memandang mata Adrian Nadine merasa Adrian sedih
“kamu tau? ”
“apa ? ” ujar Nadine penasaran
“tidak semua bisa dilihat oleh mata kamu ada sesuatu yang manusia keluarkan secara tulus yaitu hati coba juga lihat seseorang lewat hati ” ujar Adrian
“mata itu jujur adri ” ujar Nadine
“tapi yang membuat semuanya adalah hati, hati sumber dari mata yang tulus dan juga perbuatan yang dilakukan saat manusia hidup, coba itu hanya saran ” ujar Adrian sambil memberhentikan mobilnya saat sampai didepan rumah dewo.
“terima kasih untuk liburannya di Jakarta ini, aku senang ” ujar Nadine sambil keluar dari mobil
“lain kali saat main hubungi aku lagi ” ujar Adrian
                                                                                                ***
Adrian merasa dia tidak boleh membuat semua ini menjadi sesuatu yang membuat dirinya tidak tenang dia harus berbicara dengan Nadine tentang semua dosanya kepada Nadine, Adrian mengambil smartphonenya.
Lawau masih berada di depan rumah Adrian tidak ingin masuk dan menyusul Nadine kedalam
“nadine”
“apa adri?”
“sebelum kamu pulang aku harus bertemu dengan kamu lagi di café yang pertama kita bertemu saat kamu pertama kali ke Jakarta ”
“baiklah kapan? Hari ini ?”
“tidak usah besok saja dicafe jam makan siang ”
                                ***

Hari ini datang secara cepat, amat sangat cepat untuk Adrian yang akan mengaku dosa kepada Nadine
“sudah lama ” ujar Nadine saat baru saja datang
“tidak baru saja sampai, aku ingin membuat pengakuan dosa ”
“mengakuan dosa apa ?” ujar Nadine polos
“dengar ” sambil menarik tubuhnya kedepan agar Nadine bisa merasakan rasa tulus ini “saat pertama bertemu aku bilang aku adalah orang yang membantu kamu untuk dibawa ke rumah sakit tapi aku bohong aku adalah orang yang membuat kamu tertabrak ” ujar Adrian serius
“lalu … ” ujar nadinde datar
“aku merasa kamu baik dan apa yang dibilang dokter semua itu salah karena kamu baik baik saja karena dokter bilang saat benturan itu terjadi ada syaraf di otak kamu yang mebuat indra kamu menjadi bermasalah tapi itu hanya prediksi dan harus ada tindakan lanjutan untuk membuktikannya”
“….” Terdiam
“aku baru sadar saat kamu kehilangan pandangan saat kemarin …. Aku sadar bahwa itu mungkin apa yang disebutkan oleh dokter benar benar terjadi ” ujar Adrian
“adri aku baik dan aku merasa malah aku harus meminta banyak terima kasih dari kamu karena telah menolongku ” terdiam sebentar “aku mau persiapan pulang, aku pulang sekarang yah ”… “terima kasih untuk penjelasannya ” ujar Nadine sambil berlalu
Saat Nadine pergi Adrian tak punya daya untuk membuat Nadine tetap disini
                                                                                                ***
Saat pergi dari meja dimana Adrian ada, tangan Nadine bergetar sampai dia merasa sulit untuk membuka pintu café itu, air matanya juga terasa tidak berbendung untuk jatuh padahal dia merasa dia baik dengan semuanya itu tak ada yang salah dengan semua pengakuan Adrian, tapi ada rasa sesak di dada, entah apa tapi dia tidak kecewa dengan Adrian .
Adrian masih terdiam sampai banyak bunyi klakson di depan café yang mebuat Adrian pergi dari mejanya dan dia mulai berlari saat melihat Nadine terduduk di aspal zebra cross di depan café
Adrian langsung merangkul Nadine dan membawanya berjalan ke pinggir jalan dan duduk di depan kursi duduk di pinggir jalan
“Nadine ini aku Adrian ” ujar Adrian merasa ada rasa sakit di dada saat melihat Nadine mengeluarkan air matanya di depannya pandangan nadinde terasa kosong saat Adrian menggerakan tangannya di depan mata Nadine, Nadine seperti tidak mengetahuinya.
“Adrian mata aku gelap ” sambil terisak “aku nggak bisa liat kamu adri ” sambil terus menangis menutup mulutnya yang terus menangis karena pandangannnya hilang secara mendadak
“pengang tangan aku agar kamu tidak merasa sendiri agar kamu tahu ada aku disini di samping kamu” ujar Adrian lirih melihat perbuatannya yang menyebabkan Nadine menjadi seperti ini
Adrian pun menjatuhkan Nadine kedalam pelukannya sambil terus mengelus rambut Nadine dengan rasa campur aduk
“ada aku disini menjaga kamu Nadine ” ujar Adrian
Tangan Nadine yang bertegarpun perlahan lahan berhenti  
                                                                                ***
Pemeriksaan Ct Scan Nadine pun keluar hari ini, Adrian memaksa Nadine untuk tetap di Jakarta untuk menunggu hasilnya
“aku baik adri tolong jangan lihat aku sebagai wanita lemah” sambil menatap adri dalam
“aku tahu kamu baik dan akan baik baik saja selama aku ada di samping kamu” sambil memengang pundak Nadine
Nadine pun tersenyum dengan perasaan aneh saat Adrian memengang pundaknya
Nadine dan Adrian pun masuk ke ruangan dokter
“siang dok .. ” ujar Adrian pada dokter Nadine hanya tersenyum tipis karena dia merasa dadanya tidak tenag
“bagaimana kabarnya? ” ujar dokter membuka obrolan
“baik dok semoga ” ujar Adrian dengan nada becanda
“ok kita akan baca hasil lab Nadine maaf apabila nanti ada berita yang tidak sesuai dengan keinginan kalian ”
Nadine tambah berdebar mukanya mulai pucat dan Adrian tahu akan hal itu mangka saat itu Adrian mengambil tangan Nadine untuk iya ngenggam
“menurut hasil lab otak Nadine ada sedikit penyumbatah akibat pendarahan yang terjadi saat kecelakaan itu terjadi yang menyebabkan penglihatannya menjadi akan menghilang secara perlahan akibat fatalnya ini bisa menyebabkan kematian otak apabila tidak di segerakan untuk operasi tapi operasi itu bisa menyebabkan banyak hal terjadi selain persentasi berhasilnya lebih kecil hanya 30% berbanding 70% juga bisa menyebabkan kematian apabila tidak dilakukan secara cepat”
                                                                                ***
“aku mau balik ke Bandung” tiba tiba kata pertama yang Nadine keluarkan saat keluar dari ruang dokter
“Bandung? ” ujar Adrian “tapi …. ”
“Adrian kamukan harus balik ke Malaysia untuk project iklan kamu ” sambil memengang tangan Adrian “dan selama aku nunggu kamu balik ke Jakarta aku ingin nunggu kamu di Bandung lagian aku juga harus berpikir dulu apa aku mau operasi atau tetap gini ”
“tetap gini gimana? ” ujar Adrian sedikit khawatir tapi terasa tenang dengan ngenggaman tangan Nadine yang membuat rasa nyaman itu “oke baik aku antar kamu ke bandung aku pergi ke Malaysia dari Bandung aku temenin dulu kamu ke Bandung” ujar Adrian
“oke aku setuju ” ujar Nadine sambil tersenyum
“aku ambil dulu mobil kamu nunggu di lobby yah” ujar Adrian
“oke”
                                                                                                ***
“kamu Nadine kan?” ujar wanita yang sama sekali tidak tahu
“iya betul, anda siapa yah ?” ujar Nadine
“kamu nggak perlu tahu aku siapa yang jelas kamu jadi wanita harus tahu diri kalo Adrian tuh punya aku kamu malah kegatelan deket deket dia setiap hari buat hubungan orang lain renggang ” ujar wanita itu sambil menampar Nadine dan mendorong Nadine yang membuat Nadine jatuh dan di liat oleh orang banyak di lobby rumah sakit
Tiba tiba pandangan Nadine kabur, Nadine barusaha melihat tapi tidak jelas wanita it uterus menendang ke arah Nadine rasanya sakit dan malu tapi Nadine tidak bisa berbuat apa apa atau melawan karena tidak terliahat apa apa di matanya.

                                                                                                ***
Saat Adrian turun dari mobil ingin menjemput Nadine untuk masuk mobil andrian melihat ada kerumunan orang di lobby rumah sakit saat melihat seseorang dia tahu itu siapa, itu adalah Kila mantan pacar Adrian 2 tahun yang lalu tetapi masih saja usil mengganggu hidup Adrian.
Saat melihat orang yang sedang terduduk dibawah adalah Nadine dada Adrian terasa amat sakit sekali apalagi Nadine sedang di tendang oleh Kila. Adrian langsung menarik Kila dari kerumunan itu
“Kila maksud kamu apa? Ngelakuin hal ini ”
“aku bilang jangan deket sama siapa pun tunggu aku ngeyakinin orang tua aku”
“kila ini bukan lagi masalah antara aku dengan orang tua kamu tapi masalah hati kita, kamu udah jadi manusia inmoral ini agar kamu sadar aku sudah tidak bisa nempatin kamu lagi di hati aku ”
“kenapa udah ada Nadine, kata kamu, kamu cuman mau nebus rasa bersalah sama dia ”
“itu nggak penting apa aku punya rasa atau tidak sama Nadine dan penting kamu sadar aku sudah tidak bisa menunggu kamu lagi apalagi untuk memulai sesuatu lagi yang kaya dulu lagi la …”
“kamu yakin sama kata kata kamu? ”
“aku yakin sama yang aku pilih ”
“gimana kalau Nadine akhirnya harus mati?”
“aku salah cerita semua sama kamu … itu adalah harapan kamu bukan harapan aku yang jelas aku tidak pernah salah pilih ”
Adrian pun pergi mengakhiri perdebatannya dengan Kila dan mencari Nadine ketempat yang tadi tapi ternyata Nadine sudah tidak ada di tempat itu. Adrian mencari Nadine mengelilingin rumah sakit sambil sesekali bertanya tapi Nadine tidak ada
Saat pergi ke mobilnya Adrian melihat Nadine sedang menunggu di depan mobilnya Adrian langsung berlari dan memeluk Nadine.
Nadine kanget sekali saat Adrian datang dan langsung memeluknya
“kamu tidak apa apa nadine” ujar Adrian cemas dan belum melepaskan pelukannya
“hai aku baik kamu kenapa?” saat Adrian melepaskan pelukannya Nadine berusaha melihat mata Adrian tapi Nadine tidak bisa melihat apa yang dirasakan Adrian sedikitpun sama seperti saat melihat mata mamah sesuai adegan itu.
“syukur, ada yang sakit?” ujar Adrian sambil melihat ke arah bawah ingat bahwa tadi Kila menendang kaki Nadine
“hati aku yang sakit hahaha ” ujar Nadine dengan nada becanda “ tidak hanya merasa malu sekali”
“maaf ” ujar Adrian sambil membukakan pintu untuk Nadine, Nadine hanya terdiam tanpa membalas satu kata pun untuk membalas perkataan Adrian .

***


Bandung
“kita sudah sampai di bandung kita mau makan dulu sebelum kamu pergi ke hotel ?” ujar Nadine
“hotel… aku … kamu tidak bersedia menampung aku dirumahmu apa?” dengan muka memohon
“aku punya apartement kosong kamu tinggal disitu saja, jadi sekarang kita ke supermarket saja nanti kita masak sendiri di apartement ” ujar Nadine
Menganguk tanda setuju dilakukan oleh Adrian
Sesampainya di supermarket
“kamu kuatkan? ” ujar Nadine dengan muka mencurigakan
“lalu ” ujar Adrian
“dorong aku ” ujar Nadine manja Adrian langsung memegang kening Nadine
“kamu demam hahahha ” ujar Adrian menyimpulkan padahal kening Nadine sama sekali tidaklah demam “hai kamu berat Nadine ”
“apa kamu bilang kamu belum juga mendorongnya sudah bilang aku berat” ujar Nadine sambil mengetuk kepala Adrian dengan tenaga

***
Kamar apartement yang terlihat bersih sekali dengan cat dinding berwarna krem dan aroma pengharum ruangan beraroma jeruk terhirup saat pertama pintu itu dibuka, tempatnya kecil semuanya terlihat saat baru masuk.
Adrian memandang Nadine
“kamu sering tinggal disini ?” ujar Adrian sambil berlalu menaruh belanjaan dia atas meja dapur
“tidak, tapi aku suka saat aku disini, disini sepi, tidak bising, dan aku bisa tidur tanpa ada yang menggangguku kalau dirumah sebaliknya selallu saja ramai entah dengan berbagai macam acara yang papah atau mamah buat tapi aku suka keduanya”
“aku tidak minta penjelasan, tapi baiklah aku terima ” ujar Adrian dengan sedikit senyum menggoda
“kita masak apa yah? Ramen saja bagaimana dengan tambahan sayuran, telur, cincang daging, bawang daun, dan tambahan cabe bubuk yang banyak ehmmm sepertinya lezat” sambil membayangkan
“rasanya apa tidak aneh, tapi baiklah aku bagian apanya ”
Nadine menyodorkan daun bawang dan bawang Bombay kepada Adrian “iris dulu bawah bombainya aku butuh untuk menumis dengan daging”
Mereka masak lawau ini pertama kalinya Adrian masak dan berada didapur untuk waktu yang lama, dan sebenarkan ini juga pertama kalinya untuk Nadine memasak makanan itu.
“aku tak pernah dengar tentang keluargamu adri apakah keluargamu …” belum selesai Adrian sudah berbicara
“aku anak kedua dari dua bersaudara kakakku perempuan kita beda hanya 3 tahun dia belum menikah mamahku ibu rumah tangga biasa yang tidak memiliki banyak kegiatan dan ayahku” sedikit berjeda dan baru melanjutkannya “dia ada dan dia sehat aku punya banyak keluarga di bandung nenekku juga di bandung tinggalnya dan beberapa saudara dari ibu dan ayahku ada disini”
“ah sudah sudah jangan terbawa suasana seperti itu ini sudah hamper jadi dan kamu tahu ini experiment ku yang pertama ” ujar Nadine sambil tersenyum geli
“apa ? aku korbanya”
“aku yakin rasanya enak”
Makanan pun pindah dari panci kedalam mangkok bermotif bunga merah kecil mereka berdua tidak bersuara saat sendokan pertama muka Adrian seperti berpikir begitu pula dengan muka Nadine tapi setelah makanan itu mereka telan mereka berdua tersenyum dan berkata
“rasanya tidak buruk” lalu ketawa bersamaan
Entah sudah berapa lama Adrian merasa tidak bisa tertawa lepas sepelas tawanya hari ini mungkin karena rutinitas yang padat di Malaysia dan Jakarta membuat dia sulit menemukan hal yang membuatnya bisa tertawa, tapi Nadine merasa Adrian adalah lelaki pertama dan amat sangat pertama yang bisa masuk kedalam kehidupannya untuk membuka sebuah rasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Sesuai makan Nadine sibuk dengan teleponnya untuk mengabarkan ibu dan bapaknya bahwa dia sudah pulang dari Jakarta dan sedang ada dia apartemennya lalu Adrian dengan sibuk dengan lamunannya di depan balkon dengan sebotol kopi yang tadi dia beli di supermarket.
Dalam pikiran Adrian besok aku sudah tidak disini aku harus kembali ke Malaysia bagaimana kalau Nadine belum bisa memutuskan operasi dengan cepat, bagaimana kalau kondisinya tambah memburuk, atau mungkin wanita aneh itu bisa sembuh sendiri, hal itu saja yang berputar dalam lamunan Adrian.


***
Sorenya mereka bermain uno berdua terlihat sangat ramai walau hanya berdua, didalamnya Nadine mengajak Adrian nonton film, film kesukaan semua wanita rasanya film korea, agar suasananya seperti bioskop Nadine memasak dulu popcorn dengan amat sangat ramai lalu lampu dirubah menjadi redup agar suasanannya terasa dibioskop.
“memang setiap kamu nonton harus seperti ini?” ujar Adrian heran
“tidak juga hanya sesekali ” ujar Nadine, film pun dimulai Adrian yang tidak paham jalan ceritanya berusaha konsentrasi menonton
“besok aku pergi, apa kamu baik?” ujar Adrian disela film, Nadine memandang mata Adrian dengan dalam tapi Nadine tidak bisa membaca apapun dari mata Adrian
“tentu saja, aku sudah terbiasa sendiri dan kamu juga tahu hal itukan ?”
Adrian langsung mengambil remote dan mempause film tersebut menarik bahu Nadine agar melihat matanya
“aku tahu kamu terbiasa sendiri tapi sekarang kondisi kamu berbeda” ujar Adrian
“apa yang beda aku tetap jadi aku dan lagi kamu ….(berhenti sebentar)  bukan… ”
“aku” dengan menahan emosi “kenapa aku memang bukan siapa siapa kamu …. ” ujar Adrian sambil mengepal tangannya rasanya mendengar kata-kata itu membuat Adrian sakit.
Nadine hanya terdiam sambil menyalahkan didalam hati “seharusnya aku tidak berkata seperti itu”
“aku tidak bermaksud mengatakan hal itu” ujar Nadine sambil berlalu pergi ke kamar meninggalkan Adrian sendirian di ruang tamu.
Adrianpun berdiri dan membuka pintu, saat Nadine tahu Adrian ingin pergi
“kamu mau kemana adri ?” ujar Nadine dengan suara yang halus dan kecil
“keluar sebentar” ujar Adrian dengan nada asuh
“akan kesini lagi?” ujar Nadine sambil memandangpunggung Adrian
“tentu” sambil membuka pintu dan perlahan pintu itu mulai tertutup
“harus aku tunggu” tapi Adrian keburu sudah tidak ada diruangan ini lagi dan mungkin karena suaranya kecil Adrian juga tidak akan mendengarnya.

***
Sambil terus menonton film korea Nadine menunggu Adrian pulang sudah malam padahal sudah jam 11 malam Adrian belum juga kembali ke apartemen Nadine.
Nadine berinisiatif mengirim pesan line ke Adrian
“maaf” dan suara denting line pun berbunyi ternyata hape Adrian tidak dibawa, Nadine membuka pintu apartemennya melihat sekitar takut ternyata Adrian ada disitu tetapi tidak ada, Nadine berjalan ke tempat lift menunggu beberapa saat apakah ada lift yang naik tapi setelah ditunggu juga tidak ada.
Nadine memutuskan untuk turun dan menunggu Adrian di lobbi disana ada tempat duduk dan Nadine rasa semua orang yang masuk dan keluar pasti lewat situ, dan pasti Adrian lewat kesitu juga saat nanti pulang.
Nadine menunggu jam sudah menunjukan jam 00.20 wib, Adrian tidak juga muncul dengan mata yang sedikit kantuk dan akhirnya Nadine tertidur di sofa lobbi.

***
Saat Adrian sampai di lobbi apartemen di sofa dia melihat Nadine sedang tertidur, dia tidak berniat membangunkan Nadine lalu dia menggendong Nadine menuju kamar apartemennya, tadinya Adrian berniat memberi kabar pada Nadine tapi dia lupa kalau hapenya dia tinggalkan di apartemennya Nadine
Nadine pun di baringkan di atas ranjangnya lalu Adrian selimuti dan Adrian berbaring diatas sofa dan saat melihat hand phonenya ada pesan dari Nadine “maaf” hanya satu kata, Adrian hanya memandangnya tanpa tau haruskah pesan ini dia balas?
Suara Nadine yang mengigau membuyarkan lamunan Adrian tentang pesan tersebut. Adrian masuk ke kamar Nadine, Adrian menyentuh kening Nadine ternyata dia demam
Dalam hati Adrian berkata “apa ada kompresan disini Nadine tolonglah ….” Adrian berpikir untuk mendapatkan plester penurun panas dia mencari ktak p3k di setiap pjok dan lemari tetapi tidak ada saat dia buka kultas ternyata ada satu plester penurun panas “untunglah ada satu, tapi kenapa aku bodoh mencari ini aku kan bisa mengompresnya dengan kain drian kamu selalu saja”

***
Adrian tertidur di sebelah tempat tidur Nadine, saat Adrian bangun Nadine belum bangun tapi saat di cek suhu tubuhnya, demam Nadine sudah turun, Adrian pergi  kearah dapur mengambil minuman kopi instan jadi didalam kulkas
“kamu pulang jam berapa ?” tiba tiba suara itu membuat Adrian terkaget dan badannya terkejut
Sambil berjeda “aku pergi jam 11 ” sambil mendekat kearah Nadine yang berdiri di ambang pintu “memangnya ada apa ?”
“apa kamu sudah berkemas?” ujar Nadine seperti canggung
Adrian terus melihat kearah mata Nadine yang pandangannya berlawanan arah dengan dimana Adrian berdiri.
Apa Nadine sedang tidak bisa melihat, itu yang ada dipikiran Adrian, menaruh kopi dingin diatas meja dan memengang tangan Nadine, Nadine terlihat sangat kanget dan Adrian menaruh tangan Nadine di wajahnya
“aku disebelah  sini nadine” ujar Adrian, Nadine langsung menurunkan tangannya dan merubah arah pandangannya kearah Adrian
“aku memang sedang malas memandang kamu kok, aku mau ikut ke bandara”
“tidak perlu, lagian kamu sedang sakit jangan memaksakan” ujar Adrian smabil berlalu
Sejujurnya pandangan Nadine masih berbayang dan tidak cukup jelas 
“tapi ini kan ter ….” Nadine memberhentikan obrolannya takut memicu perdebatan
“naik taksi…. kamu nggak mungkin nyetir dikondisi yang kurang sehat, kita naik taksi kan kamu pulang naik taksi yang sama lagi”
“baik setuju”

***
Sepanjang jalan Nadine dan Adrian tidak saling bicara, Nadine duduk didepan dan Adrian duduk dibelakang.
“Nadine apa ini yang harus kita lakukan disela kita tidak akan bertemu lagi selama selang waktu yang cukup lama ini” ujar hati Adrian sambil memandang Nadine dari kata spion
Nadine pun sama bingungnya setelah pertengkaran itu Nadine merasa amat sangat bersalah, dan dia juga bingung apa dia harus turun dengan kondisi mata yang sama sekali tidak focus ini semua yang Nadine lihat berbayang dan buram, mobil taksi pun berhenti
“apa sudah sampai? ” ujar Nadine
“iya sudah sampai bandara teh” ujar supir taksi
“nanti setelah menurunkan barang kita langsung pergi lagi ya pak ”ujar Nadine kepada supir taksi
“baik teh” ujar supir taksi
Sementara untuk Adrian nadine sama sekali tidak berbicara sepatah katapun dan begitu pula Adrian hanya bisa melihat Nadine didalam mobil yang perlahan lahan mobil itu pergi, Adrian mengepal tangannya rasanya kacau entah ini rasa apa tapi dia merasa rasa ini mengganggunya.

***
Selama 2 bulan di Malaysia Adrian sama sekali tidak menghubungi Nadine, dia menunggu Nadine menghubunginya tapi hal itu tidak pernah terjadi.
Dia sering khawatir dengan kondisi Nadine, dan Adrian selalu meminta info tentang Nadine kepada Raisa sahabat Nadine
“sa kamu lagi sama Nadine ?” pesan itu Adrian kirim dengan amat sangat cepat raisa membalasnya dengan mengirimkan photo Nadine dan sedang menikmati sesuatu yang ada di dalam cangkir berwarna putih itu
Dan juga pesan “dia baik, dia minum green tea latte di makan donut juga”
“baik terima kasih Raisa” ujar Adrian
“SEKALI LAGI AKU SELALU TANYA KENAPA KAMU TIDAK TANYA SAMA ORANGNYA LANGSUNG” pesan dari raisa dengan capslock dari awal kalimat hingga akhir
“entah, sudahlah jangan bahas hal ini dulu…. Mungkin waktunya belum tepat” ujar Adrian yang harus kembali focus pada persentasi iklannya disiang hari nanti

***
“apa kabar dengan Adrian dine ?” ujar Raisa secara tiba-tiba
“dia …. Mungkin dia baik” ujar Nadine dengan dingin
“mungkin apa kalian tidak berkomunikasi lagi” ujar Raisa pura-pura tidak tahu
“entah mungkin sedang tidak ingin” ujar Nadine sambil memutar mutar jarinya diatas cangkirnya
“ayo lah Nadine aku dengar dari semua cerita kamu bersama Adrian semuanya menyenangkan apa yang salah” ujar Raisa mengulik
“waktunya belum tepat” ujar Nadine
Dalam hati Raisa berkata “kalau jodoh mau nggak berhubungan juga tetep aja satu hati jawabannya sama cuman dirubah penempatannya aja pliss Nadine come on masa jomblo terus” sambil tersenyum kecil
“kamu berpikir apa ?” ujar Nadine kepada Raisa
“enggak, kapan kamu mau membulatkan tekad untuk operasi Nadine ” tiba-tiba pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Raisa
“ayolah sa jangan bicarain hal itu aku belum siap mending hal lain saja ”
“hal lain apa Adrian tadikan aku sudah bahas tentang dia hahahaha ” ujar Raisa
“kamu nggak mau aku antar ke kantor apa ?”hayu kita pulang
“aku dijemput Arkan kamu mau pulang duluan ?”
“baiklah aku pulang duluan”

***
Nadine pun menyetir mobilnya seperti biasa tapi ada rasa yang aneh sama mobilnya setelah berjalan ke jalan raya dari parkiran mall, Nadine keluar dan ternyata ban mobilnya kempes.
Nadine menekan no darurat dia tekan angka 9 di ponselnya tanpa melihat nama kontak yang keluar
Saat nada dering berganti sepeti diangkat
“hallo pak saya butuh mobil Derek ban mobil saya kempes bapak bisa kesini ?” ujar Nadine
“nadine” ujar suara yang tidak asing dan saat Nadine melihat nama kontaknya ternyata itu adalah Adrian bukan tungkang bengkel, Nadine langsung menutup teleponnya dan langsung menelepon tukang bengkel yang sebenarnya.
Telepon Nadine pun berdering nama kontak Adrian
“hallo …”
“ini Nadine ?”ujar yang di ujung telpon disana
“hy adri apa kabar ?ya ini Nadine ” ujar Nadine
Suara yang sudah selama 2 bulan tidak didengar Adrian rasanya hatinya sejuk banyak hal yang mereka berdua obrolkan di dalam telpon pertama setelah sekian lama tidak berjumpa dan saling sapa
“maaf”
“untuk apa minta maaf Nadine ?”
“maaf karena nggak turun di bandara dan nggak bilang salam perpisahan, dan sebenarnya waktu itu mata aku lagi kambuh dan aku kurang jelas melihat dan aku nggak pengen kamu tau ” ujar Nadine
Mengingatkan Adrian soal operasi yang belum dijalani oleh Nadine
“kamu udah operasi ?” dengan nada pelan
“belum, jangan Tanya kenapa aku belum operasi yang jelas aku belum punya nyali yang banyak”
Adrian ingat pesan dari Raisa bahwa sekarang Nadine jarang keluar rumah karena sering terkena serangan dan karena Nadine belum operasi Adrian semakin tidak tenang
“satu bulan lagi aku pulang, kamu mau aku temani operasi ? kamu konsultasi dengan dokter dimana di bandung atau Jakarta?”
“aku tidak menjamin aku sanggup, aku berobat di Jakarta 2 minggu sekali aku pulang ke Jakarta untuk control dan operasinya akan aku jalani disana, aku sibuk aku tutup telponnya … dah ” Nadine menutup telponnya tanpa menunggu balasan persetujuan dari Adrian

***
“apa kalau persentasi hari ini selesai dan disetujui aku bisa pulang lebih cepat ke indo ?” ujar Adrian kepada Tino
“aku harap juga seperti itu, kenapa Nadine?” ujar Tino
“maaf gue nggak professional tapi memang hanya dia yang harus aku jaga” ujar Adrian
Pembahasan tentang Nadine langsung Adrian hentikan dan dia berfocus pada persentasi dan dia harus pulang dan bertemu dengan Nadine sepecatnya.

***
Ada pesan masuk atas nama kila di pesan line, Nadine membukanya dan langsung melihat photo profilnya ternyata benar kila yang dulu melabraknya di rumah sakit, bunyi pesannya
“kapan kamu ke Jakarta Nadine?”
Nadine langung membalasnya “2 hari lagi ada apa kila?”
“aku ingin bertemu, nanti kalau sudah di Jakarta kabari aku via chat saja”
“baiklah”
***
Aku rindu
Aku sudah mencoba menghindar tapi aku rindu, aku sudah mencoba melupakan tapi aku rindu, aku sudah mencoba menghindar tapi aku rindu, aku hanya tahu bahwa aku rindu.

***
“aku sudah menyelesaikan persentasi di depan clain, dan dia suka dengan konsep iklan kita, kita bisa tanda tangan kontrak dalam 3 hari lagi” ujar Adrian laporan pada Reno
“oke bro, apa yang kamu butuhkan sekarang ?”
“aku ingin pulang dulu ke Indonesia dalam 1-2 hari apakah bisa?”
“tentu kami ijinkan tapi pas hari H kontrak di tandatangan kamu sudah harus ada disini”
“tentu bro”
***
 “hallo ?” ujar Nadine
“besok kamu ada di Bandung atau Jakarta ?”
“Sepertinya aku sudah di Jakarta, ada apa? ”
“jemput aku di bandara jam 11 aku tunggu” ujar Adrian tanpa menunggu jawaban dari Nadine
Adrian tersenyum tipis dan dia merasa hari ini adalah hari yang sangat bahagia
***
“hy …. Hallo Adrian kamu ….. ” beraninya dia tutup telpon “apa panggilan beda Negara mahal banget ya? Kok singkat sih”
“kamu telepon lagi sana ” ujar Raisa dengan nada menggoda
“aku tidak butuh yang butuh adalah dia bukan aku” ujar Nadine belaga acuh
“yakin, apa kamu tidak merasa ada yang hilang selama 2 bulan ini, apa handphone kamu tidak sepi selama 2 bulan ini ?”
“aku akan lebih kehilangan kamu karena kamu lebih cerewet dari Adrian sa ” sambil mencolek dagu Raisa
“apa hati kamu tidak kosong? Apa kamu tidak butuh kejelasan?”
“aku…. Entahlah aku rasa tidak, aku sudah mengerti…. Ok skip sa skip….”
“jadi kamu sampai dibandara harus jam berapa?”
“11.00 ” ujar Nadine singkat
“kamu pergi dari Bandung jam berapa?”
“aku dari tadi diam tuh sedang berpikir, telat dikit tidak apalah dan dia laki nunggu nggak apa-apa kan?”
“heyy kamu …..” raisa mulai menggoda Nadine dan Nadine tau akhir dari godaan ini adalah apa

***
Nadine pergi dari bandung dengan mobil jazz kesayangannya, dan saat tiba dibandara sudah pukul 12.30 hape Nadine low bat dan dia tidak membawa cashan.
“pasti ada tempat buat ngecash di daerah bandara pasti ada tadi dimana… ah itu satpam” ujar Nadine bicara dengan dirinya sendiri
“pak saya mau Tanya kalau tempat ngecash di daerah bandara ada ?”
“ada mba di dalam mini market mba tinggal lurus saja”
“baik pak terima kasih”
Nadine pun mempercepat langkahnya menuju mini market yang dimaksud oleh bapak satpam tadi, saat Nadine berjalan tiba-tiba dia memperlambat langkah kakinya jantungnya berdetak dengan cepat saat melihat seseorang yang memang adalah Adrian sedang duduk di dalam mini market itu.
Nadine yang melihat Adrian dari luar mini market, langsung masuk dan menepuk pundak Adrian dan tanpa tau ternyata Adrian akan sekaget itu sampai menjatuhkan kopi yang sedang iya pengan
“Adrian ?”
“hoh … aku kira siapa aku benar-benar kaget maaf …. Nadine sudah sampai ?”
“maaf menunggu lama bandung tanggerang ternyata tidak seperti yang aku kira macet banget, mungkin kamu jetlag jadi kamu kanget”
“ohh sepertinya, kita bisa pergi sekarang?”
“boleh ayo …” ujar Nadine, Adrian hanya mengikuti Nadine dari belakang memandang punggungnnya  tanpa berani berjalan disebelahnya
Adrian merasa pertemuannya dengan Nadine amat sangat kaku seperti seseorang yang sedang musuhan dan sudah berbaikan dan tidak bertemu sampai 5 tahun canggung.
“aku merasa canggung” ujar Adrian dari belakang dan membuat Nadine berputar kebelakang Nadine berjalan di sebelah Adrian dan merangkulkan tangannya ke pundak Adrian
“ayolah bro masa kamu canggung dengan aku yang sudah lama tidak kamu beri kabar ini”
Adrian pun membalas rangkunglan Nadine dengan merangkulkan tangannya di pundak Nadine dan menepuknya.
“kamu terasa lebih pendek” ujar Adrian untuk mendinginkan suasana dan tanpa Adrian tahu ternyata akibat obrolannya itu Adrian mendapatkan pukulan di bagian perut yang cukup keras dari Nadine, sakit di campur lapar
“hey …. Kamu tidak lapar? Aku lapar mari kita cari makan” ujar Nadine
“aku yang menyetir, kamu pasti tidak mau nyetirkan ?”
“tahu saja paling paham ”
***
Sambil menyetir Adrian sebenarnya ingin bertanya tapi entahlah rasanya banyak pertanyaan yang mendadak hilang setelah bertemu dengan Nadine
“kapan pulang ?” ujar Nadine melepaskan keheningan di dalam mobil
“besok sore” ujar Adrian sambil berpalingpada Nadine dan lalu focus kembali pada jalan
“secepat itu kah ?” sambil memandang Adrian sebenarnya dengan hati yang kecewa
“ayolah bertemu dengan kamu satu hari ini adalah anugrah aku di izinkan libur adalah mukzijat nadine”
“apakah di Malaysia kamu sesibuk itu ?”
“hmm amat sangat sibuk dan kamu tidak pernah bisa bayangkan rasa sibuknya aku disana lelah sungguh tapi ya ini perusahaan kami lawau bosnya masih sahabat aku dan tino aku bisa apa”
“oh” maksud dari pertanyaan Nadine sebenarnya bukan lah itu, tapi apakah karena sibuk sampai tidak mengabari selama 2 bulan, hati Nadine berbicara “jelas untuk apa mengabari seseorang yang jelas tidak ingin mendengar kabarnya ah nadine kenapa kamu bodoh kenapa tadi di bandara kamu tidak peluk dia atau mungkin apa gitu?” ….. “eitss” penyesalan Nadine keluar sebagai suara yang membuat Adrian memandang Nadine
“kenapa kamu sedang berpikir dan kamu mengganggap diri kamu bodoh hahaha…. Maaf untuk 2 bulan ini kalau bukan karena ban bocor mungkin aku tidak akan bisa mendengar suara kamu lagi”
“ya sudahlah apa boleh buat”

Obrolan mereka terus berlangsung sambil makan siang diantara mereka masih tidak bisa mengakatan sesuatu yang seharusnya mereka katakana kalau mereka bertemu, dan pasti Nadine merasa rindu pada Adrian tapi tidak tahu apakah harus Nadine merindukan Adrian, dan begitu pula dengan Adrian.
Seusai makan siang
“kita mau pergi kemana?”
“biar aku yang nyupir dan kamu pasti suka tempat itu”
“oke baiklah, tapi kalau aku tidur didalam mobil tak apakah, karena aku belum tidur siang walau ini sudah sore bat itu selalu membuatku ngantuk?”
“baiklah angggap saja aku sopirmu”
Dan benar saja setelah tadi makan siang dan Nadine meminum obat rutinnya Nadine tertidur di dalam mobil, perjalanan dari café menuju rumah Adrian sebenarnya tidak jauh tapi Jakarta selalu macet.
“bangun Nadine kita sudah sampai” ujar Adrian sambil membuka pintu mobil dan karena Nadine lama untuk sadar Adrian menggendong Nadine ke rumah
“aku berat bukan ? kamu sok kuat hahaha”
“iya berat bau asam lagi mandi sana?” ujar Adrian sesuai menurunkan Nadine di depan pintu
“ini rumah kamu?”
“hmmm rumah impian yang jarang aku tinggali, maaf kalau berdebu jarang ditempati ”
***
Sore sudah berganti malam
“dirumah ini ada sesuatu yang paling aku suka, ayo ikut ”
Nadine pun mengikuti Adrian, Nadine merasa senang saat Adrian menggenggam tangannya rasanya nyaman dan membuat rasa yang aneh pada diri Nadine
“atapnya terbuat dari kaca?”
“iya benar dan kita bisa melihat bintang dari sini dengan nyaman”
Lantai dua ini terlihat sepi dari barang-barang, Adrian hanya menggelar sebuah karpet untuk alas duduk mereka melihat bintang
“keren bukan?”
“keren” ujar Nadine sambil terus memandang ke atas
“disini ada rooftop juga jadi tidak kalah dengan yang ada di apartemen yang dibandung”
Nadine pun merubah posisi duduknya untuk berbaring dan ternyata tangan Adrian sengaja dia luruskan untuk alas kepala Nadine.
Hati Nadine berkata “andai jam bisa berhenti andai malam tetap ada dengan bintangnnya dan andai dia tetap ada disini disebalahku aku aku bisa apa untuk bisa mempertahankan dia ada disini”
“kalau aku sampai tertidur di tanganmu, apa kamu akan tetap disini atau menggantinya dengan bantal ? aku hanya bertanya” sambil memiringkan tubuh kehadapan Adrian yang terlentang
Tanpa disangka Adrian memiringkan tubuhnya membuat mereka saling berhadapan dengan jarak yang amat sangat tidak jauh, membuat Nadine merasa jantungnya amat sangat berdegup.
“aku akan tetap disini dan seperti ini dengan menghadap kepadamu nadine” ujar Adrian
“aku tidak tahu ini apa tapi aku nyaman kalau aku ada disampingmu”
“aku memang selalu membuat orang lain nyaman kok” sambil tersenyum nakal
“hey ya …”  sambil mendorong Adrian yang membuat posisinya kembali terlentang “sudah berapa wanita yang kamu ajak kesini”
“entah tak bisa ku hitung rasanya banyak”
“ok” sambil bangun untuk berganti posisi menjadi duduk kembali tapi tangan Adrian menariknya
“tetaplah seperti ini karena aku juga nyaman, kan masalah wanita itu ada kakakku, nenekku, mamahku semua itu wanita bukan?”
“maksudku bukanlah itu Adrian ” sambil terlihat serius
“baiklah aku mengerti aku hanya membuat suatu candaan”
“apakah kamu pernah liat bintang jatuh dari atap kaca ini ?”
“tentu saja tidak aku rasa bintang jatuh hanya ada di dalam drama korea dan film-film jadul yang kamu nonton dan juga tentang mitos itu”
“kalau seandainya kamu melihatnya aku yang kamu mohon?”
“kalau kamu Nadine, apa yang kamu mohon ?”
“ayolah masa ada permohonan yang  sebutkan”
“baiklah jawabanku juga sama, masa ada permohonan yang disebutkan”
Mereka berdua terhenti berbicara sambil mengamati bintang yang berkedip bila terlihat dari bumi ini
“Nadine, aku … ” saat Adrian melihat kearah Nadine ternyata Nadine sudah mulai tertidur “hyy ya…. Aku baru mau romantis kamu sudah tidur…. Nadine … dasar tumor ” sambil tersenyum melihat wajah tidur Nadine Adrian pun membisikan ke kuping Nadine “jangan suruh aku menjauh karena aku tidak kan bisa Nadine catat kata kata ini diotak kamu wajib hahahahha”

***
“pagi”
“aku tak tahu bahwa kamu ternyata bangun sesiang ini, sarapannya sudah jadi” ujar Adrian
“kamu pulang hari ini bukan? Jam berapa?”
“sore jam 14.45, kenapa ?”
“aku sepertinya tidak bisa mengantar aku ada janji dengan seseorang dan besok aku ada janji dengan dokter untuk masalah operasi”
“kapan kamu operasi?”
“entah aku belum diberi jadwal oleh dokter tapi rasanya tidak secepat itu juga, memang kenapa ?”
“kalau seandainya aku dijodohkan dan aku harus menikah dengan seseorang menurut kamu bagaimana ? apa aku harus …. ”
Nadine yang sedang meminum air tersedak dan berhenti sejenak, sambil memandang mata Adrian, matanya terlihat dalam dan ini rasanya serius
“nikah? Boleh aku jadi pager ayunya aku ingin di dandani juga agar pengantin perempuannya kalah saingan dengan ku, aku bisa apa kalau itu terjadi paling aku hanya bisa datang ke nikahannya dan makan disana ”
“sesimple itu?” ujar Adrian dengan rasa penasaran
“aku bisa apa? Kita … kita bukan seperti yang orang rasa kita ya kita yang punya urusan masing-masing dan hanya bersama disaat yang memang sudah ditentukan ….”
“skip” ujar Adrian melihat mata Nadine sedikit berkaca kaca entah marah atau memang sedih “itu seandainya Nadine aku tak bilang bahwa itu adalah kenyataanya”
“kalaupun itu kenyataan aku ikut bahagia sungguh” ujar Nadine sambil berlalu dari meja makan “kamar mandi dimana aku belum gosok gigi rasa airnya pahit hahaha”
“lurus belok kiri” ujar Adrian sambil tersenyum
***
“aku sudah menyelesaikan persentasi di depan clain, dan dia suka dengan konsep iklan kita, kita bisa tanda tangan kontrak dalam 3 hari lagi” ujar Adrian laporan pada Reno
“oke bro, apa yang kamu butuhkan sekarang ?”
“aku ingin pulang dulu ke Indonesia dalam 1-2 hari apakah bisa?”
“tentu kami ijinkan tapi pas hari H kontrak di tandatangan kamu sudah harus ada disini”
“tentu bro” ujar Adrian sambil ingin membuka pintu
“tunggu yan, bagaimana rencana  kamu dengan Mila ?”
“entah tapi ada seseorang yang aku tunggu dan dia juga menunggu aku, aku bisa apa ren ?”
“putuskan mana yang terbaik buat loe bro, kita membuat perusahaan ini tidak perlu suntikan dana yang besar dari dia kurasa kita mampu yan” ujar reno berapi api
“aku belum bisa memutuskan mana y ang harus aku dahulukan aku atau kita sebagai company”
“kita sudah membangun semuanya dari awal dengan hanya kita ber5 yan, gue yakin kita ber5 bisa ”
Kondisi perusahaan memang sedang sedikit memburuk akibat banyaknya persaingan yang terjadi belakangan ini, Mila adalah salah satu clain perusahaan Adrian yang kawan, Mila memberikan banyak sekali tawaran untuk perusahaan kami tapi salah satu tujuan Mila adalah memdapatkan hatinya Adrian.

***
“aku mau pergi sekarang, kamu baik yah jaga kesehatan selama di Malaysia, ahh pesan aku terlalu kuno maafkan”
Sambil mengacak ngacak rambut Nadine, Adrian pun sedikit merunduk karena memang Nadine lebih pendek darinya dan tersenyum lalu berkata “haha dasar manusia purba, dan kamu sehat aku bahagia”
“maaf tidak bisa mengantar kamu kebandara kita jadi tidak bisa melakukan adegan AADC hahaha”
Tiba-tiba Adrian menarik Nadine kedalam pelukannya dalam sekali, membuat Nadine terkaget dan menimbulkan detak jantung yang tidak beraturan dan terdengar amat sangat kencang, tangan Nadine masih kaku dan belum membalas pelukan Adrian.
Perlahan tangan Nadine pun memeluk Adrian, entah rasa apa ini tapi Nadine bahagia.
***
“aku sudah sampai di café kamu dimana ?” line Nadine kepada kila
“tunggu aku sedang mau parkir dulu nad”
Entah kenapa akhir-akhir ini Kila seperti orang yang sangat bersahabat, selalu menanyakan kabar dan sekarang ingin bertemu. Saat datang kila langsung memeluk Nadine dan mencium pipi kiri dan kanan Nadine
“hy Nadine apa kabar?” ujar kila sambil duduk
“baik, kamu bagaimana kila baik juga?”
“ahh tentu maaf merepotkan maksud aku datang kesini mau minta maaf soal kelakuan aku di waktu belakang maaf ya dan sebenernya aku juga mau jelasin kalau aku tuh bukan siapa2nya Adrian lagi kita udah putus lama banget salah aku sih ”
“iya nggak apa apa kok lagian aku sudah hampir lupa tentang hal itu dan Adrian udah cerita semuanya kok ”
“oh iya kamu kan pacarnya Adrian aku bener bener deh promosiin dia jadi calon suami dia tuh segalanya aku juga nyesel putus dari dia awalnya …” sambil tertawa
“maaf kila kayanya kamu salah sangka aku bukan pacar Adrian aku cuman apa yah aku juga bingung …”
“ya ampun Adrian dari dulu hobbi banget bikin status yang ngegantung tapi tenang aku yakin kok dia cinta sama kamu Nadine ”
Obrolan terus panjang lebar tentang berbagai hal termasuk Adrian, Nadine tidak menyangka Kila ternyata orang yang cukup ramai dan cerewet tetapi nyaman dijadikan teman. 
Pembicaraanpun terhenti saat Kila menerima telpon dari seseorang yang entah siapa
“Nadine sebenta yah aku terima telpon dulu ” ujar kila sambil berlalu
                Saat Kila pergi mengangkat telpon Nadine pun mengecek hapenya melihat tidak ada pesan satupun yang masuk padahal dia berharap ada satu saja pesan dari Adrian.
***
“hallo wo loe mau nyusul gue disini ?” ujar kila saat mengangkat telpon
“iya loe lagi dimana ada yang mau gue omongin sama loe Kil ?”
“oke nanti gue search location via line yah gue dari sama temen baru gue loe pasti suka sama dia anaknya baik rame banget cepet kesini, gue tutup yah biar loe cepet nyampe sini”
“oke”
“maaf lama nggak nad ?”
“nggak kok nyantai aja kali Kil ” ujar Nadine
“ohh iya nanti ada temen gue mau kesini sekalian gue kenalin sama loe yah Nadine”
Saat melihat ke pintu masuk ada Dewo masuk, Nadine langsung menarik napas berharap agar Dewo bukanlah teman dari Kila, dan ternyata tangan Kila langsung menyambai ke arah Dewo dan benar saja ternyata Dewo adalah teman Kila.
“wo sebelah sini” ujar kila sambil berdiri melambaikan tangan, Dewo langsung menghampiri Kila sambil memeluk kecil dan mencium pipi kiri dan kanan Kila “kenalkan ini Nadine” ujar Kila
Saat Dewo melihat kearah Nadine “loe …. Temenan juga sama Kila dunia kita sempit yah Loe juga kenal sama Adrian sekarang loe kenal sama Kila juga ?”
“wo loe kenal sama Nadine ”
“iya kita saling kenal kil dia saudara aku” ujar Nadine
“apa kata loe kita saudara? Serius rasanya bukan”
“eitt udahlah jangan ada dendam pribadi gini ”ujar Kila mendinginkan suasana “uadh duduk gue udah pesenin loe minum wo slow …”
“loe pulang sama siapa ?” ujar Dewo
“gue sendirilah kan bawa mobil” ujar Kila
“bukan loe Kil tapi dia”ujar Dewo dengan menunjuk Nadine
“aku pulang sendiri aku bawa mobil sendiri juga sama kaya kila ”
“loe pulang bareng sama gue ada yang perlu gue omongin sama loe ” ujar Dewo sambil berdiri “kita bisa pulang sekarang Nadine ?”
“wo bukannya loe mau ngobrol sama gue kok loe pulang ?”ujar Kila aneh
“nanti gue hubungin loe lagi ”
Dewo pergi sambil menarik tangan Nadine, Nadine tau ini tidak aman untuk hidupnya entah apa yang akan Dewo lakuin sama dia didalam mobil nanti
“kenapa tangan loe dingin” ujar Dewo “loe takut sama gue hah?” ujar dewo sambil tersenyum ketus yang membuat Nadine malas untuk membalas pembicaraan ini
“mana kunci loe gue yang nyupir” ujar dewo, Nadine langsung melemparkan kunci mobilnya kea rah Dewo
“apa yang perlu kita omongin masalah ibu aku dan bapak kamu lagi ?”… “kamu ngerasa ini sakit buat kamu wo tentu yang merasakan hal ini bukan cuman kamu aku juga merasakan al yang sama kamu nggak sendiri ngerasain hal ini tentunya”…. Ujar Nadine membuka pembicaraan didalam mobil
Mobil dibawa oleh Dewo dengan kecepatan yang tinggi di jalanan Jakarta yang ramai
“kamu ngerasain hal yang sama kaya aku jelas beda kamu pernah ngerasa kalau kamu hamper gila karena ini tentu tidak bukan ?” “kamu pernah liat ibu kamu nangis dan hamper gila karena perselingkuhan ini ”
“bukan ayah aku yang hamper gila tapi aku … aku tidak pernah mau tau rasanya cinta karena aku tau rasanya sakit …. Aku hamper gila dewo aku hampir tidak pernah mau tau rasanya cinta …. ”
“dusta kamu bahagia dengan hidup kamu bukan… aku harus merangkak untuk berdiri tegar seperti sekarang ”
“entah yang tau hidup aku cuman aku dan tuhan yang tau cerita cuman aku dan tuhan kalau pun kamu tidak percaya aku tidak akan rugi …. Aku sama sekali tidak tau rasanya jadi kamu dan kamu juga sama sekali tidak tau rasanya jadi aku yang pasti kita sama sama sakit ”
“kita kamu bilang kita ?”
“aku nggak tau mungkin ini sakit tapi apa kamu pernah merasa mungkin ini juga pengorbanan dari ayah kamu dan ibu aku untuk bisa bersama, kamu mungkin tidak tau mungkin hidup mereka menjadi lebih bahagia setelah bersama ….”
“bahagia setelah mengorbankan kan aku ibu keluarga besar ?”
“tapi ini pilihan dan mungkin ini takdir dari tuhan kita tidak pernah tahu dewo ”
“susah bicaara dengan orang bodoh seperti kamu” sambil membantingkan stir ke bahu jalan dan dewo pun keluar sambil membanting pintu.
Nadine hanya bisa meneteskan air mata, entah air mata untuk apa tapi dia keluar sendiri, Nadine pun berpindah duduk di kursi stir Nadine melihat Dewo dari kaca spion.
***
Dewo pun berjalan menuju café yang tadi untuk mengambil mobilnya dari belakang terdengar suara keras seperti ban pecah dan saat Dewo melihat kebelakang dia langsung berlari
“panggil polisi panggil ambulance …. Nadine kamu sadar” sambil memukul kaca mobil kecelakan tunggal yang membuat mobil Nadine menabrak pembatas jalan dan kondisi mobil depan Nadine setengah hancur.
***
“tadi belum sempat mengabarkan Nadine mungkin telat tidak apa” ujar Adrian sambil mengambil handphone disakunya saat bersamaan Adrian hendak menyeruput kopi panas yang baru saja dia buat tapi sepertinya tangannya lemas sehingga gelas itupun jatuh dan pecah
“hah kenapa kamu mesti jatuh disaat aku lelah untuk beres beres wahai canggir ” ujar Adrian sambil berbicara dengan cangkir pecah itu.
Tiba tiba handphone Adrian berdering dari Reno
“sudah sampai di KL ?”
“Sudah tenang aku tau batasan waktu bro besok kita tanda tangan kontrak bukan ?”
“betul sekali kawan kamu sudah memiliki keputusan pula bukan ?”
“tentu saja sudah maaf kalau ini membuat kamu dan perusahaan kita harus bekerja keras lagi”
“kami terima semua keputusan kamu yan tenang saja”
***
Raisa pun bergegas pergi ke Jakarta setelah mendapatkan kabar tentang Nadine. Raisa ragu memberikan kabar ke Adrian dia baru saja sampai ke Malaysia dia harus istirahat mungkin besok aku akan memberi kabar tentang Nadine kepada Adrian.
Sementara itu dirumah sakit Dewo adalah manusia yang paling resah mungkin selama ini dia adalah orang yang sangat ingin mencelakai Nadine tapi rasanya ini bukan yang dia inginkan.
Nadine segera mendapatkan banyak tindakan selain tindakan pasca kecelakaan tindakan lanjutan untuk operasi juga langsung ditempuh untuk memperkecil resiko yang bisa saja ditimbulkan akibatkan kecelakaan yang baru saja terjadi.
Yang pasti ligament Nadine pecah dan butuh pemulihan untuk bisa berjalan karena paling tidak Nadine membutuhkan waktu paling sebentar 6 bulan untuk bisa berjalan akibat kakinya terjepit badan mobil.
Semua orang di bandung langsung pergi ke Jakarta setelah mendapat kabar tentang Nadine hanya satu orang yang belum menirima kabar ini adalah Adrian.
***
Kontrak sudah didepan mata tapi bisa saja kontrak itu tidak jadi ditanda tangan karena kuputusan yang Adrian buat ini Reno,Tino,Adrian,dan kawan kawan sudah siap untuk semua keputusan dari klien tersebut.
Pak Ramli pun menepuk pundak Adrian “so how was your decision. Can I hear it now ?”
“im sorry for this decision but I think I can not marry with mila was a women who im after”
“not my problem like a man who has the establishment of like you …. So I should sign where ?”
“oke sir in this sheet and in a copy. Thank you vary much about all sir ramlan”
“oke no problem … yes and im disappointed but this is to be kidding me hahaha”
Untunglah semua yang mereka pikirkan semuanya adalah hal yang tidak terjadi Pak Ramlan adalah orang yang bijak untuk masalah ini dan professional tentang hal ini.
Saat tandatangan kontrak selesai ada free call dari Raisa masuk dan Adrian terpaksa izin sebentar untuk mengangkatnya
“iya sa ada apa ?”
“maaf Adrian menganggu sebentar maaf kalau kabar ini juga bukan kabar bahagia”
“maksud kamu apa sa?”
“Nadine kecelakaan tadi malam dia sekarang masih belum sadar aku harap ini tidak menganggu aktivitas kamu sama sekali dan aku akan kabarkan kamu secepatnya kalau ada perkembangan dengan Nadine aku juga tidak berharap ini jadi beban kamu kerana aku rasa Nadine juga tidak ingin begitu saat nanti dia sadar”
“baik sa terima kasih untuk informasinya”
Perasaan Adrian menjadi sangant kacau dia tidak tau harus berbuat apa tidak juga tidak tau harus bagaimana dia gelisah
***
Di hari ke tiga pasca kecelakaan Nadine sama sekali belum membuka matanya dia masih dalam keadaan koma pasca operasi
Adrian pun masih di Malaysia tak ada kabar sama sekali tentang dia akan datang ke Jakarta untuk menemui Nadine, perkembangan Nadine selalu Raisa kabarkan via line tetapi line itu sama sekali tidak pernah dibaca oleh Adrian.
Nadine dengan keadaan yang masih saja tertidur entah dia bermimpi apa. Dewo pun masih merasa bersalah telah meninggalkan Nadine pada saat itu, Kila pun datang ke rumah sakit dan hanya bisa mendoakan untuk kesembuhan daripada Nadine.

***


6 bulan berlalu
Semua sudah terasa basi lagi untuk Nadine, apa yang Nadine harapkan tentang Adrian dari awal dia membuka mata semuanya dan semua muanya sudah pupus mulai detik ini Nadine memutuskan untuk mengukur semua harapannya untuk Adrian begitu juga dengan kesempatan yang sudah Nadine berikan kepada Adrian, Nadine berusaha menata hatinya kembali mungkin sulit tapi harus bisa.
“Nadine dengar saat ini otak mu berbicara Adrian itu bukan siapa siapa apakah Adrian memberikan kamu cinta? Tidak dia tidak memberikan kamu cinta mana bukti bahwa dia memberikan kamu cinta, kamu harus sadar bahwa kamu hanya berharap tanpa tahu mana yang pasti untuk diri kamu Nadine ” saat Nadine berbicara kepada dirinya sendiri di depan cermin dan di akhir kalimat itupun Nadine menangis
Entah ini terasa sakit untuk Nadine mungkin karena Nadine banyak berharap kepada Adrian yang memang dan sama sekali tidak memberikan harapan apapun untuk dirinya.
Kaki Nadine yang tadinya pincah sudah kembali lagi dengan sempurna bisa berjalan, Nadine terus melanjutkan hidupnya dengan usahanya di bidang event organizer dan hari ini hari pertama dia turun kelapangan karena dia sudah bisa berjalan sesuai semestinya
“gimana semuanya udah bereskan ?” ujar Nadine kepada tim
“sudah dine kita tinggal ke posisi kita masing masing” ujar salah satu tim
“baik ready yah semua … ayo kumpul dulu biar semangat ” “kita ….. bisa ….” Tos tosan pun selesai “posisi masing masing raedy” ujr Nadine sambil pergi ketempat dia
Sebagai ketua Nadine harus ada di vocal point tempat wedding saat ini yaitu di dalam gedung. Semua terlihat rapih dan sesui dengan rencana dari acara penyambutan hingga akad nikah selesai.
***
Pulang selesai dari acara Nadine kembali ke apatement, entah kenapa dia ingin sekali datang kesini ke rooftop mungkin angina akan mengusir lelah ini.
“disini ada rooftop juga jadi tidak kalah dengan yang ada di apartemen yang dibandung” tiba tiba ada yang mengingatkan Nadine tentang rooftop yaitu rooftop rumah Adrian yang nyaman
Nadine sedikit berkaca kaca “untuk apa kamu nangis ini bukan saatnya tangisilah kematiannya dia orang jahat ” hati Nadine pun berkata sendiri dengan suara lantangnya “tapi aku jahat kalau begini”
Nadine membuka handphonenya di kontak line masih ada kontak line Adrian yang waktu dulu selama 5 bulan kebelakang Nadine selalu mengirim pesan kepada Adrian tapi pesan itu tidak pernah sama sekali dia baca.

“kalau seandainya aku dijodohkan dan aku harus menikah dengan seseorang menurut kamu bagaimana ? apa aku harus …. ”
Tiba tiba perkataan Adrian saat dirumahnya di Jakarta muncul di dalam otak Nadine
“hmm kalo memang dia menikah kenapa tidak undang aku atau kila atau dewo … sebentar dewo kan teman satu perusahaan dengan Adrian ehh satu perusahaan tidak yah aku lupa.. tapi kalau memang benar dia menikah kenapa dia tidak undang aku untuk datang saja ” sambil mengakhiri perkataannya dan menggaruk kepalanya
Nadine pun bangun dari duduknya dan pergi ke bawah menuju apartementnya. Saat menuju kamarnya Nadine melihat ada seseorang yang berdiri di depan kamarnya.
Dengan perasan takut Nadine pun perlahan mundur dan pergi dari lantai itu menuju lobby
“hallo sa ?”
“apa Nadine ini sudah malam aku ngantuk ”
“kamu dirumah ? aku mau nginep disana aku takut aku segera ke rumah mu yah jangan tidur ”
“baiklah ku tunggu Nadine ” ujar raisa dengan suara yang setengah sadar
***
Di dalam mobil
“tadi itu siapa yah ? tapi sebentar kenapa aku mesti takut disinikan ada cctv kalau memang dia orang jahat ”
Nadine pun turun kembali dari mobil dan naik kembali ke kamar apartementnnya dan saat dilihat kearah kamarnya laki-laki itu masih ada didepan pintu Nadine
Saat laki-laki itu berbalik ke arah Nadine, Nadine langsung menghentikan langkahnya dan sedikit memundurkan langkahnya.
Laki laki itu berjalan ke arah Nadine Nadine perlahan mundur dan berniat akan berlari, tapi tangan laki laki itu menarik Nadine dan membuat Nadine berada didalam pelukan laki-laki itu, Nadine berusaha keluar dari pelukan laki-laki itu sungguh ingin keluar karena rasanya sakit sekali berada dipelukannya
“lepas” ujar Nadine ketus
Laki-laki itu melepaskan pelukannya mata Nadine sudah tidak bisa membendung lagi air mata rasanya deras sekali ingin keluar sungguh dadanya sesak tangannya gemetar dan tanpa Nadine sadari Nadine melayangkan tamparan yang sangat keras ke pipi Adrian
“kamu?... seenaknya saja datang lagi kesini untuk apa ? kamu pikir aku ini apa kamu bisa datang sesuka kamu lagi hilang sesuka kamu dan kamu yakin aku bakal balik lagi seperti dulu ? kamu harus tau kalau kita ini bukan manusia yang ditakdirkan untuk berteman iya bahkan hanya untuk berteman….”
Adrian hanya terdiam, di dalam hatinya Nadine aku rindu, Nadine aku ingin melihat kamu, Nadine aku ingin memeluk kamu, Nadine aku ingin memengang tangan kamu, Nadine buat aku tenang ku mohon …
Nadine pun berbicara di dalam hati Adrian aku rindu, aku ingin bisa melihat kamu terus seperti ini, aku ingin aku jadi berarti untuk kamu, Adrian aku mohon jangan pergi lagi …..
“kenapa masih disini kamu… pergi sana ” tapi kalimat itu yang keluar dari mulut Nadine tanpa sadar
Pipi putih Adrian terlihat sedikit merona akibat tamparan Nadine.
“kamu nggak mau pergi, baik aku yang pergi sekarang ” Nadine pun berjalan kearah kamarnya dalam hati berkata “kamu tidak menghalanginku untuk masuk kamu tidak rindu aku sungguh Adrian ?”
Saat akan masuk Nadine malah tersandung dan membuatnya jatuh dengan sangat keras didepan kamarnya Nadine hanya menangis entah mungkin dia merasakan sakit dengan kakinya atau mungkin karena ada Adrian disini
Nadine pun menangis cukup keras bahkan mungkin bila saja kamar disekitarnya tidak kosong sudah pada keluar semua tetangga
“mana kunci apartement kamu ?” ujar Adrian, Nadine hanya memberikannya setelah pintu dibuka Adrian langsung menggendong Nadine masuk dan dia membawa Nadine langsung ke kamarnya
“kamu kemana saja selama ini … eh apakah aku perlu penjelasan tentang itu rasanya tidak” ujar Nadine kepada Adrian yang hampir saja berlalu keluar dari kamar Nadine, tapi kata kata itu tidak membuat Adrian bertahan di kamar Nadine Adrian tetap keluar dari kamar itu
Dan suara pintu depanpun terdengar terbuka dan Adrian pergi.
Nadine didalam kamar hanya menangis sambil melukul dadanya entah rasanya sesak sekali di rongga dada ini.
***
Adrian keluar dari kamar Nadine lalu keluar juga dari apartement Nadine dia turun ke bawah dan bertanya kepada satpam.
“pak apotek disekitar sini dimana ?”
“ada di dekat lampu merah depan mas ”
Adrian pun berjalan dengan cepat menuju apotek dia membeli Ice cup untuk kompres dingin, plester untuk kompres dewasa,obat penahan rasa sakit, obat memar dan akhir ke apartement Nadine kembali.
Adrian tahu kedatangannya kesini setelah sekian lama akan membuat Nadine sakit untuk kesekian kalinya tapi akan lebih sakit saat nanti Adrian lebih terlambat lagi dari ini.
“kamu demam, pakai ini”ujar Adrian, Nadine hanya terdiam sambil terus menatap Adrian dengan tajam “apa aku terlambat ?” ujar Adrian kembali kepad Nadine
“aku sakit kamu tahu ?” ujar Nadine
“tahu mangka dari itu aku dari apotek” ujar Adrian sambil mengoleskan salep untuk memar dikaki Nadine
Nadine hanya terdiam melihat Adrian sambil air matanya terus turun membasahi pipinya dan hidungnya pun sudah memerah karena lamanya dia menangis. Adrian mendekat dan menghapus air  mata Nadine
Saat aku bilang kamu untuk pergi kamu harus tau bahwa aku tak ingin itu, saat kamu kembali aku hanya ingin kamu terus disini aku tak perlu alasan untuk kepergian kamu itu aku hanya perlu untuk kamu tetap disini tanpa harus pergi dari pandanganku lagi.
“rasanya sakit kamu tau itu” ujar Nadine mengulangi lagi perkataannya dan Adrian juga menjawabnya dengan hal yang sama.
“aku tau maka dari itu aku oleskan obat” ujar Adrian sambil menatap Nadine, tapi Nadine melalingkan mukanya “sudah selesai aku pergi” ujar Adrian dengan polosnya sambil berdiri dari Tempat tidur Nadine.
Nadine langsung berdiri dari tempat tidurnya rasa sakit di kakinya dia abaikan, dia berjalan untuk tidak membiarkan Adrian pergi, Nadine memeluk adrian dari belakang sambil terisak karena air matanya sudah penuh di matanya
“kalau aku bilang pergi kamu tau artinya .... artinya jangan pergi”
Adrian membalikan badannya dan memeluk Nadine dengan dalam sambil mengelus rambut nadine dengan hangat, entah rasanya pelukan itu hangat dan nyaman bagi Nadine dan juga bagi Adrian melihat Nadine adalah hal yang paling membuatnya tau rasanya Cinta.
“aku .... mau pergi Nad ?”
“kemana ?” “apa aku tak cukup membuat kamu disini”
“aku mau ke kamar mandi” ujar Adrian menggoda lalu melepaskan pelukannya dan menahan Nadine lalu mencium kening Nadine dengan dalam, membuat Nadine merasakan sesuatu yang aneh di dadanya “maaf Nadine” ...
“atas semua yang kamu lakukan hanya maaf ?” ujar nadine sambil berpaling dari Adrian “aku lapar .... kamu bisa masak bukan ? masak sana “ ujar Nadine sok manja

***
Satu yang pasti disetiap pertemuan pasti ada perpisahan dan dalam setiap perpisahan tak perlu alasan yang pasti untuk bisa saling bertemu kembali mungkin itu sebuah kebetulan takdir atau mungkin sesuatu yang bisa di rencanakan sebelumnya.
“berapa lama aku akan bahagia seperti ini?”ujar nadine didalam mobil
“selama yang kamu mau “ ujar Adrian “ini workshop mu?”
“iya tentu kamu bisa jemput aku jam 5 nanti ? Kamu banyak hutang kepada ku .... kamu tau itu Adrian ?”
“ iya baiklah jam 5” sambil tersenyum manis
....
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore acara planning konsep sudah beres orang2 di kantor sudah terlebih dahulu pulang
“ sa ... Adrian ada disini ?” ujar Nadine membuka pembicaraan kepada Raisa
“aku harap kamu akan lebih kenal dia sehingga dia tidak hilang lagi sungguh aku tau rasa kamu kepada dia Nadine” ujar raisa sambil memeluk nadine
“itu dia datang ....” ujar Nadine sambil mengarahkan Raisa kepadahan Adrian
Mereka saling menyapa dan bertegur sapa seperti teman yang sudah amat saling kenal
“jangan hilang lagi ku mohon kamu membuat Nadine terlihat frustasi” ujar raisa
“sungguhkah itu? .... baiklah percaya dengan ku sekarang” ujar Adrian dengan nada amat sangat serius “ayo kita pergi” ujar Adrian mengajak Nadine
“ayooo” ujar Nadine sambil mengikuti adrian dari belakang
“mari kita lakukan yang biasa pasangan lain lakukan” dengan senyum menatap Nadine
Seperti biasa nadine sekarang tidak pernah bisa membaca mata Adrian
“kita pasangan?... sungguh.... aku amat sangat bahagia sekarang”
“iya tentu ... kita mau kemana ?” saat sudah sampai di dalam mobil “kita nonton?”
“baiklah pasangan aku setuju” lalu nadine menggenggam tangan Adrian “kalau aku melakukan ini.. apa kamu akan tetap disini?”
“tentu pastinya .... ahhh rasanya kamu wanita yang agresif”ujar Adrian kepada Nadine dengan nada menggoda
“iya aku agresif aku sedang menggoda mu haha” ujar nadine sambil tersenyum geli
...
“sudah sampai....” ... “kita mau nonton film apa ? Alice ?” ujar Nadine
“setuju pasangan kuh”
“ahh rasanya itu menggelikan tapi aku suka” ujar Nadine
Selama menuju bioskop dan didalam bioskop mereka terus berpegangan tangan, rasanya bahagia dan ingin terus seperti ini bukan. Filmnya terasa ramai begitu juga dengan suasana hati Nadine dan Adrian mereka merasakan ada rasa yang aneh di dada mereka dan pegangan yang hangat itu menimbulkan rasa yang sungguh membuat mereka tidak mengerti.
***
Rooftop apartement Nadine
“kenapa selama ini kamu tidak telpon aku ?” ujar Nadine
“aku menunggu kamu yang telpon? Sungguh” ujar Adrian
“sungguhkah itu?”
“tentu saja apa aku terlihat becanda ?”
“tidak tapi kamukan tau aku wanita dengan gengsinya selangit tidak mungkin menelepon lelaki duluan” ujar nadine dengan polos
“mulai sekarang aku mohon sama kamu untuk menelepon aku duluan bila aku tidak menelepon kamu perlebih dahulu, ini perintah”
“baik pak perintah bapak akan saya laksanakan”
“ini sudah malam ayo kita turun dan masuk ke apartement” ajak Adrian “hidung mu mulai memerah”
“ayohhhh”
Saat didalam apartement Adrian menunggu di ruang tamu menunggu Nadine membuat hot chocolate.
“tada... hot chocolatenya”
“aku punya ini buat kamu Nadine” ujar Adrian sambil mengeluarkan kalung dengan liontin cincin kecil bermata pertama yang cantik
“apa ini ?” ujar Nadine “apa kamu melamar aku sekarang?”
“tanda bahwa aku benar benar berharap kamu teman hidup untukku Nadine”
“apa seperti ini saja tidak cukup?” ujar nadine sambil menaruh gelas ke meja
Sungguh perkataan itu tidak dapat di mengerti oleh Adrian
“Nadine” ujar Adrian sambil memengang pundak nadine diarahkan kedepan matanya sungguh ingin meyakinkan bahwa bukan kalimat itu yang ingin dia dengar
“apa seperti ini saja tidak cukup?” sambil terbata “Aku tidak ingin menikah sungguh tidak ingin aku takut ... aku takut apa yang terjadi dengan ayah ibuku terjadi kepada ku... aku takut kamu meninggalkan aku disaat aku sudah amat sangat mencintai kamu Adrian” ujar Nadine sambil terisak air matanya jatuh
Adrian paham apa yang Nadine takutkan itu memang benar kondisi trauma Nadine terhadap pernikahan memang beralasan
“aku sudah cukup sakit saat kamu pergi tanpa alasan yang pasti 6 bulan kemarin apa yang bisa aku lakukan lagi kalau kamu pergi lagi Adrian ?” ... ujar nadine malanjutkan
Adrian memeluk nadine dalam suasana yang tadinya ceria menjadi sedih dalam seketika.
“aku memang salah Nadine aku minta maaf, tapi sungguh kita tidak bisa selamanya begini kita hidup di lingkungan yang mengharuskan kita menjadi halal..... aku janji aku tidak akan menghilang lagi yang pasti kamu tahu bahwa selama ini aku sakit merasakan rindu kepada kamu Nadine”
Adrian melepaskan pelukannya melihat mata Nadine dengan dalam agar Nadine tau bahwa kata kata tidak bisa mengungkapkan semuanya dengan baik. Adrian memasangkan kalung itu dileher Nadine.
“cantik” ujar Adrian sambil mencium kening Nadine “aku harus ke hotel” ujar Adrian
“kamu jahat sudah membuat aku menangis dan sekarang kamu harus pergi?” ujar Nadine sambil memengang tangan Adrian
“kamu pasti lelah ayo cepat tidur” ujar Adrian
“kamu bilang bila aku begini kamu tidak akan pergi” iya memengang tangan adrian
Nadine pun bagun dari sofa menuju kamar tidurnya dengan terus memengang tangan Adrian sungguh kehilangan adalah hal yang paling tidak diinginkan oleh manusia
“selama aku tertidur kamu duduk disini karena aku akan terus memengangimu .... catat itu” ujar nadine
“baiklah aku akan tetap disini” .... “bersama kamu” ujar adrian
“baik terimakasih Adrian” ujar nadine dengan mata yang mulai terpejam
Adrian mengelus rambut nadine dengan tangan satu yang bebas itu.
“terimakasih Nadine sudah membuat aku merasakan rasanya rindu, cinta,dan juga rasa sayang yang indah”
***
Setelah 3 hari ada di Bandung adrian hari ini harus pulang tepat di hari minggu 3 hari 2 malam
“pulang? Kemana?” ujar Nadine
“aku tidak pulang ke Jakarta tapi harus balik ke Malaysia atau mungkin nanti aku bisa saja ada di singapore”
“sungguh? Kamu mau pergi lagi ?”
“aku tidak akan pernah menghilang lagi Nadine percaya” ujar adrian
“iya kalau kamu hilang aku akan membuat berita orang hilang di media masa”
“ingat pesan aku selalu harus menghubungi” ujar adrian
“baiklah” ujar nadine
Nadine pun membantu membereskan barang barang Adrian ke koper.
“nadine?” ujar adrian
“iya”
“kamu harus janji sama aku nanti saat kamu akan bertemu dengan aku cincin yang jadi liontin itu harus sudah ada di jari manismu .... ini perjanjian kita bila kamu belum mau untuk menjadi istriku maka jangan dulu temui aku untuk alasan apapun” ujar Adrian sambil menyodorkan kelingkingnya.
“baiklah tapi aku tak janji bisa secepatnya hehe” dengan senyum yang di paksa dan menyodorkan kelingkingnya juga dan menpertemukan ibu jari sebagai tanda sudah berjanji
Sebelum keluar dari hotel Adrian memeluk Nadine terlebih dahulu
“aku tahu bandara hussein kecil jadi aku tak mungkin memelukmu disana dan membuat pipimu jadi merah merona bukan” ujar Adrian
“iya tentu saja aku merah merona bila kamu peluk karena pasti aku malu”
Adrian melepaskan pelukannya lalu kembali mencium kening nadine.
“alasan aku mencium kening mu pertama karena kamu membuuat aku rindu” lalu mencium kembali kening nadine “alasan kedua karena kamu telah membuat aku jatuh cinta” lalu kembali mencium nadine “alasan ketiga karena aku sayang kamu” lalu kembali mencium nadine “karena kita akan berpisah lama” dan kembali memeluk Nadine
Lalu nadin agak sedikit mengjingjit lalu mencium kening Adrian “alasan aku mencium karena aku berterima kasih kamu telah memberikan aku rasa rindu, cinta, dan kasih sayang”
“terima kasih”
Nadine mengantarkan Adrian ke bandara Hussein. Bandara domestik yang tidak sebesar bandara Soekarno Hatta apalagi kalau di bandingkan bandara 3 di Soeta. Adrian pergi menuju Malaysia tentu mereka saling pergengangan tangan sebelum adrian harus masuk.
“telpon aku 2 jam lagi saat aku sampai di Malaysia” ujar Adrian
“aku ingin kamu yang menelepon aku” ujar nadine
“baiklah ... jaga kesehatan dan ingat selalu perjanjian kita”
“baik bapak” sambil terseyum lebar.
***
Sejak Adrian pergi memang Nadine tidak pernah kehilangan kontak lagi dengan Adrian semua berjalan lancar, Adrian tidak pernah sedikitpun mengingatkan nadine tentang cincin yang menjadi liontin itu.
Adrian tahu rasa trauma itu harus diobati bila saja nadine sudah merasa yakin dengan dirinya da semua usaha yang adrian lakukan untuk menyakinkannya pastilah Nadine akan datang dengan menggunakan cincin itu.
***
“raisa aku belum cerita sesuatu kepada kamu” ujar Nadine dengan nada manja kepada sahabatnya itu
“Adrian mengajak aku nikah, kalung ini ahh tidak cincin yang jadi liontin ini adalah cincin tunangan Adrian untuk aku Raisa ”
“lalu apa kamu ragu ?”
“tentu amat sangat ragu dia adalah orang yang mudah ditelah oleh bumi ini”
“bayangkan kamu 6 bulan kebelakang setelah kecelakan mobil itu betapa kacaunya kamu waktu itu setelah kamu bertemu Adrian walau hanya sebentar semuanya menjadi baik bukan? ”
“tentu ….” Sambil berpikir
“kamu tidak lagi harus takut terhadap sesuatu yang belum sama sekali kamu coba manusia ditakdirkan dengan takdir yang berbeda beda Nadine”
“iya pastinya …. ” sambil setengah melamun
“jawaban dari aku adalah harus Adrian yang ada disisi kamu, dengan kamu yakin semua sesuai dengan yang kamu inginkan Nadine ” ujar Raisa
“baiklah terimakasih Raisakuhhh ” ujar Nadine sambil memeluk Raisa
***
Musim dingin ini Adrian sedang berada di korea untuk waktu 1 hingga 3 bulan untuk urusan bisnisnya tanpa bilang Adrian,  Nadine datang ke korea sendiri hanya untuk 2 hari saja singkat memang tapi ini dengan izin yang lumayan sulit
“kamu sedang apa?” ujar Nadine di dalam linenya
“aku sedang naik bis.... bateraikuh sudah low maaf nanti kalau tidak bisa dihubungi” ujar adrian dengan stiker brown distopan bis
Nadine melihat Adrian naik bis dan duduk di bangku single, Nadine duduk tetap dibelakang bangku Adrian dan untuk membuka pembicaraan....
“anda tidak ingin pindah ?” ujar Nadine sambil berbisik dai belakang kepada Adrian.
“Nadine” ujar adrian dengan senyum lebarnya rasanya memang sudah lama sekali tidak bertemu sejak pertemuannya di Bandung hampir 1 tahun yang lalu.
“kamu ingin peluk aku ?” ujar Nadine dengan nada menggoda  
“ani ....” ujar adrian dalam bahasa korea yang artinya tidak. Mata adrian melihat jari manis nadine yang sama sekali belum terpasang cincin itu.
Adrian pun turun saat bis berhenti di halte, Nadine ikut turun.
“kamu melanggar perjanjian nadine” ujar Adrian saat sudah turun
“maafkan aku Adrian” .... sambil mengambil sesuatu di kantong sakunya “aku kesini untuk mengembalikan ini”
Adrian terkejut saat Nadine mengulurkan kaung dengan liontin cincin itu. Rasa dingin di seoul tak berasa lagi rasanya terlalu hangat dengan kekecewaan. Adrian mengulurkan tangnnya untuk menerima kalung tersebut.
“sungguh ini keputusanmu” ujar adrian. Nadine hanya terdiam melihat mata Adrian yang mulai memerah.
“iya” ujar Nadine singkat
“kamu tahukan cara ke hotelmu dari sini? Ini masih di seoul kamu bisa naik bis ke arah sebaliknya” ujar adrian
“kamu tidak mengajak aku keliling kota seoul ?” ujar nadine
“aku jadi lelaki yag patah hati di seoul ini hehe”ujar adrian dengan senyum dipaksakan “aku ada pertemuan hari ini dan juga besok aku akan sibuk jadi maafkan nadine”ujar Adrian sambil meraih tangan nadine “ayo aku antarkan kamu ke halte bis untuk sampai ke hotel kamu”
Sungguhkan ini membuat Adrian sakit? Ujar hati nadine sambil melihat punggung Adrian
“besok aku pulang... sungguh kamu tidak bisa mengantar aku walau hanya ke bandara incheon ?”
“maafkan nadine ..... ini haltenya nanti kamu tinggal naik saja, kamu nanti kabari aku bila sampai di hotel” ujar nadine tanpa sedikitpun memandang ke arah Nadine “nah itu bisnya ayoh naik”...
“adrian” .... ujar nadine sambil memengang keras tangan adrian
“ayo naik ... ne kencana yo” ujar adria sambil bilang bahwa dia baik baik saja
Sungguh Nadine tau itu tidak baik baik saja.
***
Nadine tahu bahwa Adrian merasakan rasa sakit, tapi didalam dadanya diapun merasakan rasa sakit yang sama padahal ini adlah keputusannya untuk tidak ingin menikah dengan siapapun termasuk dengan seseorang yang berarti seperti layaknya Adrian.
Nadine pun keliling kota seoul sendirian sambil merenungin apa yang terjadi kepada Adrian. Sungguh itu membuatnya menjadi sakit juga kota seoul yang dingin semakin dingin saat Adrian sama sekali tidak membaca pesan linenya dan juga sakit saat Adrian tidak ingin melihat mata Nadine.
Nadine pun terus berkeliling kota seoul sendirian sampai malam hari sungguh indah sama seperti di drama korea hanya saja ceritanya disini tidak seindah itu untuk dibahas.
***
Hari ini jam 12 siang Nadine  check out dari hotel menuju bandara incheon dengan taxi tarif disana sangatlah mahal apabila di ke rupiahkan. Sesampainya di bandara Nadine mengirim pesan kepada Adrian tapi pesan kemarin tentang dia sudah dihotel, tentang indahnya kota seoul tidak sama sekali Adrian baca.
***
“yan loe baik?” ujar tino teman adrian sejak lama
“tentu saja tidak saat cincin ini kembali kepadaku” ujar adrian sambil memakainya “handphoneku lowbate ada cashan disini? Bukan low tapi dia sudah mati...” ujar adrian
“ada disana” ujar tino “kenapa Nadine datang kesini?”
“iya tapi bukan dengan jawaban yang aku inginkan” adrian pun menceritaka semua sampai detilnya kepada tino
Handphone adrian dia cash dengan kondisi mati sampai malam sekali baru dia ambil dan karena lelah dia lupa menyalakannya dan saat dipagi hari karena dia terburu buru handphone yah tertinggal di rumah dengan kondisi mati.
***
Nadine masih belum masuk bandara dia ingin bertemu lagi dengan Adrian. Nadine terus mengirim pesan
“sungguhkan kamu tidak kebandara?”
“Adrian cuaca disini cukup dingin apakah kamu juga akan sedingin itu kepadaku?”
“Adrian aku sungguh hari ini akan balik ke Indonesia”
“ Adrian aku ingin kamu memelukku”
“Adrian aku ingin memengang tangan kamu yang besar itu agar kamu tidak pergi dengan seenaknya”
“Adrian apa aku jangkrik”
“Adrian aku ingin kamu memandang aku”
“apakah aku nyamuk”
“Adrian aku bête disini”
Lalu nadine mengirim banyak stiker tanda matah, menunggu, dll.
Jam sudah jam 7 malam Nadine mencoba mencari apartement sementara yang dikatakan oleh adrian via line ternyata alamatnya cukup sulit. Nadine memutuskan untuk menuntaskan permasalahannya dengan Adrian sebelum dia kembali ke Indonesia.
Saat Nadine mencoba menelepon adrian telponnya tidak aktif
“adrian ini sungguh dingin” nadine pun diam di depan pintu kamar Adrian hingga sekitar jam 11 malam waktu seoul, Nadine amat sangat kedinginan tapi tidak ingin pergi kalau dia pergi belum tentu dia bisa kembali kesini.
Jam sudah menunjukan pukul 23.30 waktu Seoul tapi adrian sama sekali belum datang dan saat ada bunyi lift Nadine melihat ke arah lift dan itu Adrian.
Nadine berusaha berdiri tapi kepalanya pusing sekali karena kedinginan.
“Nadine” ujar Adrian dengan nada kanget langsung berlari ke arah Nadine yang seketika itu terjatuh karena pusing.
“aku menunggu kamu sampai jam segini sungguh dari jam 7 tadi” ujar nadine sambil terisak karena bahagia akhirnya Adrian datang
“kenapa kamu bodoh diam disini ini terlalu dingin” ujar Adrian .... lalu Nadine pun mimisan dan pingsan didepan adrian “nadine sungguh bodonya aku meninggalkan kamu”
Adrian membawa nadine ke kamarnya dia menyalakan pemanas ruangan aku mengkompres Nadine saat Nadine dia rasa cukup hangat dia keluar dan menyalakan handphone yah benar sama ada 106 pesan dari Nadine.
Adrian masuk kembali ke kamar sambil mengecek apakah nadine sudah bangun atau belum dia membaca pesan dari Nadine satu per satu.
“kalau aku memengang tangan kamu seperti ini kamu tidak akan pergikan ?” ujar nadine saat bangun dari pingsannya
“oh... tentu” oh=iya
“miyanata adrian” ujar nadine (maafkan aku adrian)
“kencana Nadine” ujar adrian (aku baik nadine)
“kamu baik? Maaf aku meninggalkan HP di rumah jadi aku tidak tahu kamu mengabari aku sebanyak itu” .... “kamu tidak jadi pulang?” ujar Adrian
“urusanku dengannu belum selesai” .... “adrian aku mau kamu memakaikan cincin itu untuk aku, aku aaaatidak ingin memakainya sendiri inikan lamaran” ujar nadine sambil berusaha duduk
Adrian menolong Nadine untuk duduk dan membereskan bantalnya agar nadine nyaman
“sungguhkan itu ?”
“iya tentu saja” ujar Nadin manis, Adrian melepaskan kalung yang dia pakai dan melepaskan cincin itu dari kalungnya lalu memakaikannya ke jari manis Nadine.
“terimakasih sudah percaya dengan aku nadine” ujar adrian
“terimakasih...” sambil memeluk Adrian “karena telah membuat aku merasakan cinta dan rasa sayang ini” ....
“ aku calon suami kamu Nadine” .... ujar nadine masih di dalam pelukan
“aku calon istri kamu Adrian .... ohh sungguh ini menggelikan hahaha”
Ada banyak alasan untuk bahagia karena bahagia itu sederhana tapi mungkin sebelum bahagia pasti ada sesuatu yang harus di pertaruhkan terlebih dahulu. Nadine sadar selama ini dia tidak bisa membaca mata ibunya ke tahadap pasangannya yang sekarang begitu juga dengan mata Adrian saat ini karena didalamnya ada rasa cinta yang amat sagat terjaga dengan baik.
Terimakasih untuk takdir yang indah ini Tuhan.
Tak ada rencana yang lebih indah dari rencananya. Sungguh terimakasih Tuhan telah menciptakan Nadine untuk aku.
“aku hanya ingin menjadi bagian dari hidupmu yang penting” ujar Nadine

The end